
Trio Ekonomi Ini Bakal Jadi 'Cahaya Asia' di 2023, Ada RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - India, Indonesia, dan China, 3 dari empat negara terpadat di dunia dengan total lebih dari tiga miliar penduduk, diperkirakan akan mencetak pertumbuhan PDB sebesar 5-6% pada tahun 2023. Hal ini akan membuat ekonomi kawasan Asia, lebih terang dari yang lain.
Selain itu, ekonomi Korea Selatan dan Jepang juga diyakini dapat tumbuh lebih cepat daripada kebanyakan pasar maju lainnya. Hal ini diungkapkan oleh catatan Deutsche Bank. Adapun, pembukaan kembali China akan berdampak cukup masif pada pemulihan Asia.
"Kami memperkirakan ekonomi Asia akan dibuka kembali selambat-lambatnya pada musim semi 2023. Langkah-langkah fiskal pemerintah China, yang sejauh ini telah ditahan, dapat berdampak penuh, misalnya, di bidang transformasi digital, infrastruktur, transportasi, energi terbarukan dan biotek," tulis Chief Investment Office Deutsche Bank Christian Nolting dalam catatannya di akhir 2022.
Nolting mengemukakan bahwa kondisi ini juga akan menguntungkan bagi mitra dagang China di Asia. Dia yakin akumulasi tabungan pribadi di China dapat dihabiskan untuk perjalanan liburan, dan tujuan populer seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina akan mendapat keuntungan dari ini.
Sementara itu, India saat ini tengah memperluas sektor manufakturnya dalam skala besar dan meluncurkan program investasi infrastruktur besar pada awal 2022. Kebijakan India ini tentunya akan mendatangkan investor asing dan perusahaan multinasional untuk membuka cabang di Anak Benua.
Deutsche Bank melihat pemerintah Jepang akan mengandalkan dukungan fiskal komprehensif untuk meringankan krisis energi bisnis domestiknya pada tahun ini.
Kendati Asia, terutama tiga negara di atas berpeluang tumbuh lebih tinggi, risiko tetap ada. Nolting mencatat risiko bagi pertumbuhan di Asia pada tahun 2023 terutama berasal dari meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama di Pasifik, serta potensi krisis real estat China, dan normalisasi aturan restriksi Covid-19 yang ketat di China.
Di antara negara berkembang, Deutsche Bank melihat pasar Asia tetap yang paling menarik. Aliran modal yang kuat ke "safe havens" menyebabkan penurunan tajam dalam valuasi di pasar Asia utara, seperti Korea Selatan, Taiwan, dan China pada tahun 2022.
"Penurunan rata-rata di pasar ini sekitar 20%, tren yang kini sebagian telah terbalik. (Namun) Pasar-pasar ini dapat bangkit kembali ketika lingkungan ekonomi makro dan sentimen investor membaik," katanya.
Nolting mengatakan pasar-pasar saham di Asia ini khususnya berharap untuk kembali pulih mengingat lingkungan ekonomi makro yang membaik, dengan
Korea Selatan mengalami arus masuk modal bersih yang substansial pada bulan November 2022. Kemudian, pasar saham India telah berkinerja baik dalam beberapa bulan terakhir, dengan pertumbuhan laba perusahaan yang kuat diharapkan pada tahun 2023.
Jepang, satu-satunya negara industri tradisional di kawasan ini, memiliki struktur ekonomi siklis yang dapat sangat diuntungkan dari pemulihan di China.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada "Kiamat" Beras! Kok Bisa?