
Asing Kabur, Ekonomi Gelap, Segini Ramalan IHSG di Akhir 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia pada awal tahun 2023 kurang bergairah atau kurang menarik bagi para investor asing. Indeks Harga Saham Gabungan pada akhir sesi I hari ini anjlok 1,52% atau 101 poin atau 6.586.
Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menyebut, pelemahan IHSG tahun ini karena keluarnya dana asing atau capital outflow yang beralih ke bursa saham China.
"Saat asing lagi profit taking, mungkin ditungguin ibaratnya," ujarnya dalam konferensi pers di Menara Mandiri Jakarta, Selasa (10/1).
Namun, Adrian masih optimis IHSG hingga akhir tahun 2023 mampu mencapai level 7.510. Sebab, pasar saham masih akan bergerak secara fluktuatif karena pandangan investor beralih dari yang sebelumnya pada fokus pada angka inflasi menjadi ke pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, kondisi perekonomian tahun ini akan sedikit menantang yang sebagian besar sentimennya berasal dari faktor global. Para investor masih menyoroti pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang dampaknya akan mempengaruhi kebijakan BI yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pasar saham RI juga sedang menghadapi fenomena normalisasi laba bersih emiten, khususnya sektor komoditas. Pasalnya, tahun 2022 emiten komoditas mencatatkan lonjakan laba bersih, imbas dari harga komoditas global yang tinggi.
Optimisme IHSG akhir tahun masih mampu mencatat diatas level 7.500 karena meskipun tahun ini menjadi tahun yang menantang di pasar keuangan, namun kinerja indeks bursa saham nasional yang saat ini tetap positif di tengah tekanan global.
Kenaikan IHSG diperkirakan terjadi meskipun tingkat pertumbuhan laba per saham (earning per share/EPS) diproyeksi hanya akan tumbuh sebesar 5% akibat normalisasi laba bersih emiten komoditas.
Adrian mengungkapkan, sektor yang akan bergairah tahun ini, diantaranya, sektor konsumsi, sektor digital, dan telekomunikasi.
"Di depan mata perusahaan konsumsi pulih. Komoditas lagi turun jadi sektor konsumsi. Sektor Konsumer yang mulai naik, perusahaan bisa mendapat hal itu," pungkasnya.
Adrian menambahkan, investor asing dapat kembali ke bursa saham Indonesia jika hal-hal yang dikhawatirkan tidak terjadi.
"Yang menjadi support katalis, apabila ternyata perubahan neraca perdagangan secara makro ngga seburuk itu. Dari sisi dampak negatif ke komoditas turun nggak seburuk itu, inflasi ngga ngga seburuk itu," pungkasnya.
(rob/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat
