Tak Cuma Sepi, Mal-Mal Banyak yang 'Berdarah-Darah'
Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah hampir tiga tahun kondisi usaha Pusat Perbelanjaan mengalami keterpurukan dan bahkan hampir semuanya mengalami defisit pendapatan. Bahkan yang tak beruntung kondisinya sepi dari tenant dan pengunjung, yang bertahan pun kondisinya ada yang 'berdarah-darah'
Ketua Umum Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, salah satu penyebabnya adalah pusat perbelanjaan harus membantu para penyewa atau tenant agar bisa bertahan di kondisi berat akibat pandemi Covid-19.
"Pandemi Covid-19 yang relatif lama telah banyak menguras 'stamina' Pusat Perbelanjaan sehingga harus dijaga agar supaya tidak mengakibatkan kondisi lebih buruk lagi," kata Alphonzus kepada CNBC Indonesia, Senin (9/1/2023).
Sebagaimana diketahui bahwa selama pandemi telah ada beberapa tenant dan pengelola Pusat Perbelanjaan atau Mal yang terpaksa harus menutup usahanya secara permanen, dan juga tidak sedikit dari mereka yang telah beralih kepemilikan ataupun dijual.
Alphonzus mengatakan, dengan semakin membaiknya dan semakin terkendalinya penyebaran wabah Covid-19 ini nantinya pusat perbelanjaan akan berangsur mengurangi bantuan ataupun subsidi kepada para tenant-nya. Dengan harapan, tanpa adanya bantuan tersebut lagi para tenant sudah bisa kembali berdiri sendiri sehingga dapat mengurangi beban dari sisi pemilik Pusat Perbelanjaan.
"Bantuan ataupun subsidi kepada para penyewa akibat pandemi akan berangsur berkurang seiring dengan semakin terkendalinya penyebaran wabah Covid-19 yang mana tercermin dari berangsurnya juga pengurangan berbagai pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah," ujarnya.
Adapun kondisi perekonomian, katanya, juga menjadi dasar untuk menetapkan kebijakan sebagaimana hampir semua indikator perekonomian Indonesia yang relatif dalam kondisi baik, apalagi jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya.
(hoi/hoi)