Ramai Mal DKI Sepi Bak Kuburan, Begini Curhat Pengusaha Ritel

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
09 January 2023 18:00
Pengunjung melintas di Blok M Plaza, Jakarta, Kamis (7/2/2019). Blok M pernah jadi primadona pusat perbelanjaan Jakarta pada periode 1990 hingga awal 2000-an, namun saat ini sepi. (CNBC Indonesia / Andrean Kristianto)
Foto: Pengunjung melintas di Blok M Plaza, Jakarta, Kamis (7/2/2019). Blok M pernah jadi primadona pusat perbelanjaan Jakarta pada periode 1990 hingga awal 2000-an, namun saat ini sepi. (CNBC Indonesia / Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha ritel mengusulkan meniru Malaysia dan Singapura terkait pusat keramaian dan perbelanjaan. Dengan begitu, akan membantu pusat-pusat perbelanjaan bisa tetap hidup, tidak seperti sekarang, satu per satu ditinggal pelanggan.

Pantauan CNBC Indonesia, semakin marak mal-mal di Jakarta dan sekitarnya yang dulu legendaris jadi pusat keramaian orang berbelanja, kini seolah mati suri, lengang seperti kuburan. 

Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Tutum Rahanta mengatakan, perlu kolaborasi antara pemilik pusat perbelanjaan dengan pemerintah daerah.

"Yang bisa membuat pusat perbelanjaan tidak mati total, satu, si pemilik pusat perbelanjaan itu sendiri, harus punya kreatifitas dan segala macamnya. Kedua, memang pemerintah. Saya ingin mengatakan begitu," kata Tutum kepada CNBC Indonesia, Senin (9/1/2023).

Tanggung jawab dari pemerintah seharusnya, menurut dia, tidak hanya sebatas memberikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) saja, tapi harus disertai analisis aksesibilitas. 

"(Pemerintah) harusnya bertanggung jawablah atas izin yang dikeluarkan. Di situ harus ada analisis untuk aksesibilitas. Kita lihat, apakah pencapaian orang ke pusat belanja itu mudah atau tidak? Apakah ribet untuk orang datang kesana? Terus kita lihat lagi, transportasi umumnya memadai nggak? Tempat-tempat demikian apakah bisa didorong aksesnya untuk orang supaya datang kesana. Itulah harusnya kerjaan pemerintah daerah," tuturnya.

Tutum mencontohkan kebijakan pemerintah Malaysia. 

"Nggak usah jauh-jauh, yang masih mirip-mirip dengan kita, Malaysia. Begitu cerdiknya pemerintah daerah di sana membuat keramaian. Aksesnya itu harus dibuka, dari transportasi umum sampai dengan lain-lain. Karena memang nyawanya di situ," ujarnya.

"Jadi, Anda keluar dari transportasi umum itu tidak langsung naik ke atas penuhin jalan raya, Anda disebar ke kiri, ke kanan, ke pusat-pusat belanja. Karena memang itu adalah tempat yang sangat baik untuk penyebaran orang supaya tidak terkonsentrasi," terangnya.

Tutum menekankan, selain pemilik pusat perbelanjaan yang harus kreatif dalam membuat suatu keramaian yang terbatas hanya di dalam gedung mereka sendiri, yaitu seperti aktivitas keramaian, membuat even dan mengisi kios dengan produk penjual yang menarik konsumen.

Namun selebihnya, pusat perbelanjaan sangat tergantung dari pihak luar, yaitu pemerintah, seperti aksesibilitas, keramaian yang bisa langsung akses ke pusat perbelanjaan.

"Semua transportasi umum di Malaysia dan Singapura itu disebar, ada terowongan-terowongan yang masuk ke pusat perbelanjaan. Ini MRT Bundaran HI ada tembus ke Plaza Indonesia atau Grand Indonesia? Nggak ada kan? Nah berarti harus lihat bagaimana cara Pemda mengelola sistem transportasi umumnya itu sendiri," tukas dia.

Tutum mengatakan, inovasi penciptaan keramaian di area-area pusat perbelanjaan bukan menjadi satu-satunya cara untuk menghidupkan mal atau pusat perbelanjaan, memang masih ada perilaku konsumen, sosiologis, dan faktor pemicu lainnya yang perlu diperhatikan.

"Perkembangan zaman dan teknologi juga mempengaruhi seperti yang saya bilang, e-commerce. Tetapi kita harus meminimalisir, yang namanya area keramaian pusat belanja itu harus diberikan aksesibilitas yang sebesar mungkin," ujarnya.

"Jadi saya kira, ini memang perjuangan kita sebagai pelaku usaha ini sangat berat, harus berjuang sendiri dengan keadaan itu. Saya sangat jarang melihat ada Pemda memberikan kontribusi yang baik, selain hanya mereka sekedar memberikan stempel perizinan saja," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah, Mal Sepi Seperti Kuburan Kepung Jakarta, Ini Lokasinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular