
Miris! Negeriku Kumpulkan Cadangan Dolar dari Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menarik utang baru berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 3 miliar atau Rp 47 triliun (kurs Rp15.635/US$) pada 5 Januari 2023. Ini adalah penerbitan surat utang pertama di 2023.
Global bond tersebut diterbitkan dengan tenor 5, 10 dan 30 tahun dengan format SEC-Registered. Total orderbook sepanjang proses bookbuilding sempat mencapai US$ 17 miliar.
Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) mengungkapkan total orderbook tersebut bergerak ke level US$ 14.4 miliar atau 4.82 kali dari total yang dimenangkan. Angka tersebut merupakan bid to cover ratio tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Menurut DJPPR, hasil penerbitan ini akan digunakan untuk tujuan pembiayaan APBN secara umum. Ketiga seri SUN yang diterbitkan pada transaksi kali ini diperkirakan akan memperoleh peringkat Baa2 dari Moody's, BBB dari Standard & Poor's, dan BBB dari Fitch serta akan dicatatkan pada Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.
Penerbitan ini dilakukan di tengah kebutuhan dolar AS yang tinggi di Tanah Air. Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa pelemahan rupiah di minggu pertama tahun ini dipicu oleh tingginya permintaan dolar AS di dalam negeri.
Edi Susanto, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, mengungkapkan pelemahan rupiah dipengaruhi oleh permintaan valas dari dalam negeri di awal tahun.
"Secara sentimen global sebetulnya tekanannya tdk terlalu besar beberapa hari ini, namun kebetulan di awal tahun ini dipasar valas domestik ada permintaan valas yang meningkat dari BUMN tertentu, setelah sebelumnya pada akhir tahun kemarin ada pencairan dana kompensasi energi dari Pemerintah yang cukup besar," kata Edi kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/1/2023).
Dia menegaskan hal tersebut menyebabkan rupiah agak melemah, dimana berbeda dibanding dengan pergerakan nilai tukar mata uang negara peers di Asia yang kemarin, Kamis (5/1/2023), umumnya mengalami penguatan.
Sebagai catatan, setiap awal tahun, perusahaan atau korporasi akan mencari dolar AS dalam rangka pembayaran utang, persiapan impor dan repatriasi keuntungan, bagi mereka yang merupakan perusahaan asing.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menilai posisi kas rupiah pemerintah sekarang ini sangat aman dan bahkan berlebih, terlihat dari tingginya nilai Silpa dan SAL di akhir 2022.
Dengan demikian, dia menduga strategi penjualan dari global bonds ini bertujuan lebih untuk pemenuhan valas domestik.
"Tapi yield yang ditawarkan cukup kompetitif, dengan spread sekitar 25-30bps dengan yield dollar bonds Indonesia di pasar sekunder. Jadi ini langkah yang strategis dalam memperkuat ketahanan valas dalam negeri," kata Satria kepada CNBC Indonesia, Kamis (6/1/2023).
Kemarau dolar di Tanah Air sebenarnya telah terjadi sejak pertengahan 2022. Hal ini terjadi di tengah booming komoditas yang menguntungkan eksportir lokal. Neraca perdagangan Indonesia pun mengalami surplus sebanyak 31 bulan beruntun. Sayangnya, eksportir tidak patuh menaruh dolarnya di Tanah Air untuk waktu yang lebih lama saat itu.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Kabar Terbaru Soal Aturan Dolar Eksportir Simpan di RI!