
Gak Nyangka! Negara Kaya Ini Dihantam 'Tsunami' Kebangkrutan

Jakarta, CNBC Indonesia - Swedia telah memasuki resesi jangka panjang yang diperkirakan akan berlangsung hingga 2025, dengan menyusutnya PDB dan meningkatnya pengangguran.
Menurut lembaga referensi bisnis dan kredit UC, jumlah kebangkrutan di Swedia telah mencapai level tertinggi dalam satu dekade pada paruh kedua 2022.
Antara Juli dan Desember 2022, terdapat 22% lebih banyak kebangkrutan dibandingkan periode yang sama di 2021. Data ini menimbulkan keraguan pada pemulihan pasca-Covid dan optimisme awal tahun 2023.
"Kalau dipikir-pikir, banyak hal menunjukkan bahwa ini baru permulaan," kata ekonom UC Johanna Blome dalam siaran pers, dikutip Almayadeen, Kamis (5/1/2023).
Dengan melonggarkan pembatasan terkait pandemi, Swedia mencatat rekor jumlah kebangkrutan terendah pada 2021. Tahun 2022 juga dimulai dengan optimisme tinggi, tetapi situasinya dengan cepat memburuk.
Hampir 3.500 bisnis menyatakan bangkrut pada paruh kedua tahun ini saja, hampir 300 lebih banyak dari tahun 2013, menurut UC. Proporsi kebangkrutan tertinggi terjadi di hotel, restoran, dan ritel, dengan angka yang umumnya memburuk dari bulan ke bulan.
Blome juga memprediksi adanya peningkatan dan efek jangka panjang bagi Swedia dari konflik Rusia di Ukraina yang menyebabkan laju inflasi yang makin cepat, dan harga listrik yang tinggi akibat sanksi UE terhadap Kremlin.
UC meramalkan 2023 yang sulit bagi Swedia, di mana perusahaan kecil menghadapi kemunduran likuiditas sebagai akibat dari peningkatan biaya listrik dan pembelian, serta bunga. Selain itu, peningkatan kebangkrutan dan penurunan jangka panjang dalam jumlah startup juga diprediksi terjadi.
Perusahaan informasi kredit Creditsafe juga mengemukakan hal serupa. Mereka menyebut lonjakan kebangkrutan baru-baru ini sebagai "awal dari gelombang kebangkrutan besar".
"Perkiraannya adalah kebangkrutan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang," kata CEO Creditsafe Henrik Jacobsson dalam sebuah pernyataan, sembari menyinggung masalah utang yang kian menumpuk.
"Banyak perusahaan yang secara historis akan bangkrut selamat dari pandemi berkat dukungan pemerintah tetapi dengan kewajiban pajak tangguhan yang makin mendekat ditambah dengan biaya bunga yang lebih tinggi, harga listrik dan bahan bakar yang tinggi, dan resesi. Kita berada dalam lingkungan yang tidak pasti dengan sangat banyak sinyal peringatan," tambahnya.
Pemerintah Swedia pada akhir 2022 mengumumkan bahwa negara Nordik memasuki resesi jangka panjang yang akan berlangsung hingga tahun 2025. PDB negara tersebut diperkirakan akan turun sebesar 0,7%, sementara pengangguran diperkirakan akan meningkat menjadi 7,8% pada 2023 dan 8,2% pada 2024.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Semua Anggota Setuju, Swedia Akhirnya Gabung NATO