Internasional

Awas Perang Meledak, Korsel Keluarkan Ancaman Baru

Thea Arbar, CNBC Indonesia
04 January 2023 21:06
South Korean President Yoon Suk Yeol speaks during an inaugural dinner at a hotel in Seoul, South Korea, Tuesday, May 10, 2022. (Jeon Heon-Kyun/Pool Photo via AP)
Foto: Presiden Korea Selatan Yoon Suk-Yeol (AP/Jeon Heon-Kyun)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol tengah mempertimbangkan untuk menangguhkan pakta militer antar-Korea 2018 jika tetangganya, Korea Utara (Korut) kembali melanggar wilayah udaranya.

Pertimbangan tersebut dikonfirmasi oleh kantor presiden Korsel, di tengah ketegangan atas intrusi oleh drone Korut belum lama ini.

Komentar Yoon keluar setelah adanya pengarahan tentang tindakan balasan terhadap drone Korut yang menyeberang ke Selatan minggu lalu. Menurut sekretaris pers Kim Eun Hye, Presiden Yoon menyerukan untuk membangun kemampuan respons luar biasa yang melampaui tingkat proporsional.

"Dalam pertemuan itu, dia menginstruksikan kantor keamanan nasional untuk mempertimbangkan menangguhkan keabsahan perjanjian militer jika Korea Utara melakukan provokasi lain untuk menyerang wilayah kita," kata Kim dalam pengarahan Rabu (4/1/2023), mengutip Reuters.

Kim juga mengatakan Yoon sempat memerintahkan Menteri Pertahanan untuk meluncurkan unit drone komprehensif yang melakukan misi multiguna, termasuk pengawasan, pengintaian, dan perang elektronik, serta menyiapkan sistem untuk memproduksi drone kecil secara massal yang sulit dideteksi dalam setahun.

"Dia juga menyerukan percepatan pengembangan drone siluman tahun ini dan segera membangun sistem pembunuh drone," tambah Kim.

Pakta militer antar-Korea 2018 disahkan di sela-sela pertemuan puncak antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden Korsel saat itu, Moon Jae-in.

Pakta itu menyerukan penghentian 'semua tindakan bermusuhan', menciptakan zona larangan terbang di sekitar perbatasan, dan menghapus ranjau darat serta pos jaga di dalam Zona Demiliterisasi yang dijaga ketat. Pemerintah belum mengatakan berapa banyak ranjau dan pos yang dipindahkan, dengan alasan masalah keamanan.

Hubungan antar-Korea telah diuji selama beberapa dekade dan semakin tegang sejak Yoon menjabat pada Mei 2022, di mana ia berjanji akan lebih keras terhadap Pyongyang.

Selama kampanye pemilihan tahun lalu, Yoon mengatakan Pyongyang telah berulang kali melanggar perjanjian dengan peluncuran rudal. Dia mengatakan setelah menjabat bahwa nasib pakta itu bergantung pada tindakan Korea Utara.

Yoon telah mengkritik penanganan militer atas insiden drone, sebagian menyalahkan ketergantungan pemerintahan sebelumnya pada pakta 2018. Dia telah mendesak militer untuk siap membalas, bahkan jika artinya mempertaruhkan eskalasi.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Presiden Korsel Minta Maaf: Seharusnya Lindungi Rakyat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular