Kinerja Makro RI 2022, Banyak Target Jokowi Meleset!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menetapkan sejumlah asumsi makro ekonomi pada 2022. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi yang dipatok 5,2%-5,5%.
Sayangnya banyak asumsi makroekonomi ini tidak tercapai, jika melihat batas atas dari target. Pasalnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 akan mencapai 5,1-5,3%.
Namun, dalam tayangan yang disampaikan Sri Mulyani, asumsi pertumbuhan 2022 tercatat di batas bawah 5,2%.
Kemudian, realiasi dolar AS pada 2022 mencapai Rp 14.350 per dolar AS. Dia mengakui capaian ini ebih rendah dari target sebesar Rp 14.871 per dolar AS. Sebagai catatan ini adalah nilai tukar rata-rata dalam setahun lalu.
Rupiah, dari Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah pada 30 Desember 2022, ditutup pada level (bid) Rp15.655 per dolar AS.
Sementara itu, Sri Mulyani mengemukakan suku bunga SBN 10 tahun sebesar 7,5%. Nilai ini berada di atas asumsi 6,8%. Menurut catatan Sri Mulyani, lelang terakhir pada 6 Desember 2022, dimenangkan sebesar 7,23%.
Inflasi juga meleset dari target tahun 2022. Inflasi pada akhir 2022 mencapai 5,51%. Adapun, asumsinya tercatat sebesar 3%.
Kemudian, harga minyak mencapai US$ 97 per barel, dibandingkan US$ 63 per barel di dalam asumsi APBN 2022. Memang harga minyak sempat menyentuh US$ 100 per barel pada pertengahan 2022.
Lebih lanjut, lifting minyak yang ditargetkan 703.000 barel per hari tidak tercapai pada 2022. Kementerian Keuangan mencatat capaiannya hanya 607.200 per barel.
Kemudian, lifting migas juga meleset dari target 1.03 juta barel setara minyak per hari menjadi hanya 960,470 barel setara minyak per hari.
Dari paparan kinerja makroekonomi tersebut, bisa dikatakan hampir 80% target pemerintah meleset dari asumsi yang ditetapkan di awal tahun 2022.
(haa/haa)