Simak! 5 Ramalan Ahli Soal Nasib Ekonomi Indonesia 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua hari menjelang pergantian tahun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia.
Lantas bagaimana prospek ekonomi Indonesia pada 2023, pasca Jokowi mencabut kebijakan PPKM?
Sejumlah ekonom mengungkapkan, dicabutnya kebijakan PPKM pada 30 Desember 2022, memberikan sentimen positif untuk perekonomian Indonesia di tengah adanya ancaman resesi ekonomi global yang semakin nyata.
Indonesia diproyeksikan cukup mampu bertahan dengan fundamental ekonomi makro yang masih kuat di tahun depan.
Adanya kebijakan PPKM dapat memberikan pecutan terhadap ekonomi di tanah air, agar dapat memberikan kepercayaan bagi masyarakat dan dunia usaha untuk mengarungi tahun yang baru.
Investor juga menunggu kepastian payung hukum atas revisi dari Undang-Undang Cipta Kerja lewat Perpu Nomor 2 Tahun 2022.
Indonesia setidaknya dapat melangkah di tahun baru dengan fundamental yang kuat. Di mana hingga akhir kuartal III-2022, ekonomi Indonesia masih kuat, tumbuh 5,72% (year on year/yoy).
Ekonomi Indonesia bahkan diproyeksikan masih mampu melaju pada kisaran 4,5% hingga 5,3% pada sepanjang 2022.
Kendati demikian, para pemangku kebijakan diharapkan tidak lengah dan terlena atas pencapaian yang sudah berhasil di tahun 2022.
Resesi ekonomi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Inggris yang diperkirakan akan terjadi pada 2023, juga diramal akan memberikan dampak terhadap perekonomian di tanah air.
Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan melambat dari tahun 2022.Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2023 diperkirakan mencapai 4,5% hingga 5,3%.
Berikut sejumlah pandangan 5 ekonom soal proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023:
1. BCA
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengungkapkan pencabutan PPKM memberikan sentimen positif dan akan berdampak baik bagi konsumsi domestik dan beberapa sektor seperti akomodasi, transportasi, perhotelan, makanan, dan minuman.
"Mobilitas dan kepercayaan konsumen akan semakin meningkat pasca pencabutan PPKM tersebut," jelas David kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (1/1/2022).
Oleh karena itu, andalan pertumbuhan ekonomi yang berasal dari sekor konsumsi, yang juga sekarang sudah semakin pulih akan mampu mengerek ekonomi di Indonesia dengan rentang 4,5% hingga 5% pada 2023, secara tahunan (year on year/yoy).
Proyeksi ekonomi Indonesia pada rentang bawah 4,5% tersebut kata David dengan melihat target defisit APBN di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Jadi daya dorong dari sisi fiskal akan menurun, dan itu sebenarnya sumbangannya besar sekitar 7% sampai 8% kepada PDB, jadi pasti ada pengaruh ke pertumbuhan," ujarnya.
Dari sisi ekspor, harga komoditas pada tahun ini juga tidak akan setinggi seperti 2022. Sehingga daya dorong untuk beberapa sektor mungkin akan melambat.
"Karena pengaruh resesi global di beberapa negara, jadi permintaan global melambat, yang terkait manufaktur akan sedikit melambat," jelas David.
2. Bank Danamon
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengungkapkan, pihaknya optimistis ekonomi Indonesia dapat tumbuh hingga 5,3% (yoy) pada 2023.
Optimisme tersebut tak lepas dari adanya pencabutan PPKM, di mana konsumsi rumah tangga akan meningkat signifikan di tengah tabungan yang tinggi.
"Pencabutan PPKM ini akan menguatkan kepercayaan konsumen dan meningkatkan mobilitas masyarakat. Ini menguatkan narasi bahwa kepercayaan konsumen akan lebih tinggi, sehingga memicu spending atau pengeluaran," jelas Faiz kepada CNBC Indonesia.
Selain adanya pencabutan PPKM, ekonomi Indonesia yang diperkirakan masih akan tumbuh positif di tahun depan, juga disumbang dari harga komoditas yang masih tinggi.
"Harga komoditas juga masih akan lebih tinggi dari level pra pandemi," kata Faiz melanjutkan.
