Internasional

Perang Gak Kelar-Kelar, Rusia Tolak Syarat Damai Ukraina

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
30 December 2022 19:50
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tiba untuk sesi kerja di Istana Elysee di Paris (9/12/2019). (Ian Langsdon/Pool via AP)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin, (kanan) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tiba untuk sesi kerja di Istana Elysee di Paris (9/12/2019). (Ian Langsdon/Pool via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei menyatakan pihaknya menolak 'formula perdamaian' dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai dasar pembicaraan untuk menyudahi perang.

"Jelas Kyiv belum siap untuk berdialog... Tentu saja, kami tidak akan berbicara dengan siapa pun dalam kondisi seperti itu," kata Lavrov seperti yang dilaporkan kantor berita Rusia RIA Novosti dan dikutip Newsweek, Jumat (30/12/2022).

'Formula perdamaian' sendiri telah dikemukakan Zelensky selama pidato virtual kepada para pemimpin dunia di KTT G20 di Nusa Dua, Bali, pada November lalu.

"Saya yakin sekaranglah saatnya perang destruktif Rusia harus dan dapat dihentikan," kata Zelensky kepada para pemimpin ekonomi terbesar dunia, menurut transkrip pidatonya.

Sebanyak 10 formula damai yang Zelensky uraikan adalah keselamatan radiasi dan nuklir; ketahanan pangan; keamanan energi; pembebasan semua tahanan dan orang yang dideportasi; implementasi Piagam PBB dan pemulihan integritas wilayah Ukraina dan tatanan dunia; penarikan pasukan Rusia dan penghentian permusuhan; pemulihan keadilan; melawan ekosida; mencegah eskalasi; dan konfirmasi akhir perang.

"Formula perdamaian akan menyelamatkan ribuan nyawa," kata Zelensky. "Ini akan memulihkan validitas hukum internasional. Ini akan merevitalisasi arsitektur keamanan. Ini akan mengembalikan stabilitas global, yang tanpanya seluruh dunia menderita. Intinya inilah yang diperjuangkan oleh negara-negara jujur di dunia."

Namun, Rusia telah menegaskan bahwa Ukraina harus menerima aneksasi pada September atas empat wilayahnya, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, menyusul referendum yang diminta oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Tidak ada rencana perdamaian yang tidak memperhitungkan realitas hari ini mengenai wilayah Rusia, dengan masuknya empat wilayah ke Rusia," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

"Tidak ada rencana yang tidak memperhitungkan realitas ini yang dapat diklaim damai."

Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press pada Senin lalu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan negaranya berharap untuk mengadakan "pertemuan puncak perdamaian" dengan tujuan untuk mengakhiri konflik yang sedang berlangsung pada Februari 2023 mendatang.

Di sisi lain, Putin mengeklaim pada Minggu bahwa Ukraina menolak untuk mengadakan pembicaraan damai. Dia mengatakan kepada saluran TV pemerintah Rusia bahwa dirinya siap untuk merundingkan beberapa hasil yang dapat diterima dengan semua pihak, tetapi tidak dengan Ukraina.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Menang Lagi di Ukraina, Zelensky Ngamuk Bom Minyak Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular