
Ekonomi RI Diprediksi Bakal Jadi The Bright Spot in Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa adanya berbagai dinamika global saat ini bisa digunakan untuk menjadi pengingat masyarakat Indonesia untuk tetap optimis namun harus terus waspada menghadapi kondisi ekonomi. Hal tersebut dikatakannya dalam Seminar Outlook Perekonomian 2023 yang bertajuk "Menjaga Resiliensi Ekonomi melalui Transformasi Struktural", pada Rabu (21/12) lalu.
"Saat Covid-19 pertama kali melanda, kita juga dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian. Namun, dengan diskusi, dan kerja keras kita bisa melalui itu. Keberhasilan tersebut dapat menjadi lesson learned yang berharga, bahwa koordinasi dan sinergi erat yang dibangun mampu membawa kita keluar dan bahkan bangkit lebih kuat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (28/12/2022).
Menurutnya, dengan kesiapan ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan yang ada, Indonesia diperkirakan menjadi The Bright Spot in Asia. Ekonomi Indonesia akan tetap resilient meski ekonomi global akan diselimuti dengan kabut tebal.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), menyampaikan perubahan struktural yang konstruktif merupakan syarat utama agar kita tidak mudah digoyahkan oleh situasi gejolak global.
Jokowi juga memberikan sejumlah arahan agar ekonomi nasional tetap tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan, diantaranya dengan sinergi fiskal, moneter, dan sektor riil, kemudian menjaga daya beli masyarakat, lalu meningkatkan ekspor, meningkatkan investasi, serta memperluas hilirisasi dan energi hijau.
Lebih lanjut, dalam salah satu high level panel oleh beberapa narasumber, disepakati bahwa memastikan belanja pemerintah yang lebih produktif dan berkualitas dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Selain itu, strategi sumber pembiayaan fiskal untuk pembangunan ekonomi nasional akan semakin difokuskan pada sumber-sumber yang tidak rentan terhadap volatilitas global, seperti sumber pembiayaan jangka panjang khususnya foreign direct investment (FDI).
Dari sisi moneter, akan tetap dijalankan bauran kebijakan yang menyeluruh untuk mendorong akselerasi pemulihan ekonomi melalui pro-stability. Langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia melalui upaya extra effort dan sinergi multi-aktor akan mampu menjaga stabilitas inflasi meski disrupsi rantai pasok global masih berlangsung.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah juga akan sejalan dengan fundamental ekonomi yang solid ditopang oleh cadangan devisa dan kinerja neraca pembayaran yang masih kuat dan stabil.
Kemudian, sumber pembiayaan juga diusulkan dapat lebih variatif, atraktif, serta reliable. Salah satu langkah yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan mengimplementasikan transformasi sektor keuangan dengan pengesahan UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UUP2SK).
Sedangkan dari sisi sektor riil, reformasi struktural melalui implementasi UU Cipta Kerja disepakati dapat memberikan kemudahan berusaha sehingga dapat meningkatkan iklim investasi, produktivitas, dan penciptaan lapangan kerja. Sosialisasi UU CK ini akan terus dipercepat sehingga membangun kepercayaan pelaku usaha untuk berinvestasi di Indonesia.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Ketidakpastian Global, Airlangga Tekankan 3 Hal Ini
