Efek Domino Pabrik Tembaga Freeport: Industri Kabel-EV!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Kamis, 29/12/2022 14:05 WIB
Foto: Chairman of the Board and Chief Executive Officer Freeport-McMoran, Richard C. Adkerson di acara Orasi Ilmiah Transformasi Ekonomi Melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal yang di selenggarakan oleh Kementerian Investasi/BKPM dan PT Freeport Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diketahui bakal memiliki pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga baru pada 2024 mendatang.

Smelter tersebut salah satunya dikelola oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berada di di kawasan industri JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Proyek yang mulai dibangun sejak 12 Oktober 2021 ini turut disaksikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat proses groundbreaking-nya.

Saat ini progres pembangunan smelter baru PTFI sebagai anggota dari Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertambangan, sudah mencapai 47,4%. Dan sampai akhir tahun ini progres pembangunan diperkirakan bisa mencapai 50%.


Corporate Secretary MIND ID Niko Chandra mengungkapkan, smelter tembaga baru yang dikelola oleh PTFI ini bisa memurnikan seluruh konsentrat tembaga yang diproduksi di dalam negeri.

Selain itu, dia menyebutkan bahwa smelter tembaga baru PTFI ini bisa mendukung tumbuhnya industri hilirisasi dalam negeri.

"Dengan beroperasinya smelter baru PTFI nanti, akan memungkinkan bagi PTFI untuk memurnikan seluruh konsentrat tembaga di dalam negeri," ungkap Niko kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (29/12/2022).

Selain itu, beroperasinya smelter baru tersebut, menurutnya nantinya bisa memberikan dampak yang lebih luas dalam menghasilkan produk hilirisasi dalam negeri.

Dia menyebut katoda tembaga ini bisa diolah lagi hingga produk hilir seperti kabel, mobil listrik, lainnya.

"Hal lain yang perlu didorong juga adalah tumbuhnya industri hilir dalam negeri, seperti pabrik kabel, mobil listrik, dan lainnya, agar dapat memanfaatkan dan menyerap hasil produksi smelter PTFI ini, sehingga nilai tambahnya lebih besar lagi," pungkasnya.

Dengan begitu, Niko menyebutkan MIND ID bersama PTFI terus berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam pemanfaatan smelter tembaga baru PTFI dalam meningkatkan produksi hilirisasi dalam negeri.

"MIND ID bersama PTFI akan terus berkoordinasi dengan Kementerian ESDM terkait perihal ini," tandasnya.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan produksi katoda tembaga di dalam negeri diperkirakan akan berlebih. Hal tersebut menyusul dengan beroperasinya dua smelter tembaga baru, yakni yang dimiliki PTFI dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara.

Kedua smelter tembaga tersebut akan memberikan tambahan pasokan katoda tembaga di dalam negeri sebesar 800 ribu ton dari saat ini sekitar 300 ribu ton per tahun.

"Paling tidak dua smelter baru tembaga yaitu yang sedang dibangun PTFI dan satu lagi oleh Amman Mineral. Dan ini apabila kami selesai dan mulai produksi katoda tembaga mungkin ada tambahan sekitar 800 ribu ton katoda tembaga," kata Tony.

Dia menyebut, dengan produksi katoda tembaga yang ada saat ini sebesar 300 ribu ton, yang mampu diserap dalam negeri hanya separuhnya, yakni 150 ribu ton per tahun. Dengan demikian, 150 ribu ton selebihnya masih diekspor.

Bila kapasitas produksi katoda tembaga nantinya semakin bertambah, maka artinya surplus katoda tembaga di dalam negeri akan semakin besar bila tidak diikuti dengan pengembangan industri penyerapnya.

Oleh sebab itu, ia berharap industri di dalam negeri dapat menyerap kelebihan pasokan katoda tembaga dengan beroperasinya proyek smelter baru. Dengan begitu, maka katoda tembaga dapat sepenuhnya dimanfaatkan untuk kebutuhan industri dalam negeri.

"Ini kan sangat disayangkan kalau seandainya katoda tembaga tersebut harus diekspor. Jadi diharapkan industri yang lebih hilir lagi bisa muncul di Indonesia," ujarnya.

Ia pun mendorong agar katoda tembaga dapat diolah menjadi produk yang lebih hilir lagi oleh industri end user. Sehingga hal tersebut dapat menarik minat para investor untuk membangun industri-industri turunan lainnya di Indonesia.

"Ada banyak lah turunan tembaga itu yang bisa dibangun di Indonesia, tentu saja kami saya juga di Kadin bidang investasi bekerja sama dengan Kementerian Investasi berusaha untuk promote untuk investasi asing masuk ke Indonesia untuk produk yang lebih hilir lagi karena raw material untuk produk itu sudah akan tersedia di Indonesia," ujarnya.

Seperti diketahui, dunia kini tengah berlomba-lomba menggunakan kendaraan listrik sebagai salah satu upaya mengurangi emisi karbon. Pasalnya, penggunaan kendaraan listrik bisa menekan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dianggap tidak ramah lingkungan.

Menurut Tony, permintaan tembaga dunia pun akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV).

Tak hanya kendaraan listrik, permintaan tembaga dunia juga akan ikut terkerek naik karena tren pengembangan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Terlebih, 70% kebutuhan tembaga dunia untuk menghantarkan listrik.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Presiden Prabowo Subianto Resmikan Proyek EBT Senilai Rp 25 T