Bikin Malu Jokowi! Sedunia Tahu RI Raja Sawit, Migor Langka
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak goreng sempat cetak rekor di tahun 2022, parahnya lagi di pasaran sempat menghilang hingga membuat pemerintah pusing. Pemerintahan Presiden Jokowi pun dibuat malu, Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, harus menghadapi kenyataan terjadi kelangkaan minyak goreng (migor).
Harga minyak goreng saat ini memang relatif sudah turun dibandingkan saat puncak 'krisis' harga dan kelangkaan migor pada awal tahun. Pasokannya pun sudah normal sedia kala.
Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat, harga minyak goreng hari Rabu (28/12/2022) memang naik Rp240 jadi Rp18.000 per liter kemasan sederhana. Namun, untuk minyak goreng curah turun Rp480 jadi Rp14.000 per liter.
Di ritel modern, harga minyak goreng kemasan bermerek terpantau semakin murah karena diskon di salah satu minimarket di wilayah Jakarta.
Merek Harumas kemasan 1 liter misalnya, didiskon 27% jadi Rp16.300 dari sebelumnya Rp22.000. Sedangkan untuk kemasan 2 liter didiskon 26% jadi Rp31.900 dari sebelumnya Rp43.000.
Ada juga merek Filma kemasan 2 liter yang didiskon 21% jadi Rp34.700 dari sebelumnya Rp44.200. Dan, Bimoli kemasan 2 liter didiskon 15% jadi Rp36.500 dari sebelumnya Rp43.100.
Kondisi ini berbeda jika dibandingkan harga bulan Maret 2022. Saat itu, harga minyak goreng kemasan bermerek sempat cetak rekor tembus Rp57.000 per kemasan 2 liter. Sedangkan harga minyak goreng curah adalah Rp15.700 per kg dan kemasan sederhana Rp22.000-an per kg.
Harga minyak goreng melambung setelah pemerintah menyerah dan kembali membebaskan harga minyak goreng bermerek atau premium ke mekanisme pasar. Dan, hanya mengatur harga minyak goreng kemasan sederhana dan curah, dengan target eceran tertinggi Rp14.000 per liter atau Rp15.500 per kg.
Selain itu, minyak goreng pun kini tak lagi jadi barang gaib, seperti yang pernah terjadi di bulan Februari hingga Maret 2022. Bahkan, kala itu, antrean panjang warga yang hendak membeli minyak goreng terjadi hampir tiap hari.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Franky Welirang mengungkapkan penyebab kelangkaan minyak goreng yang sempat terjadi di bulan-bulan awal tahun 2022.
Menurut Franky, hal itu sebagai efek domino lonjakan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) di pasar internasional. Hal itu disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan produsen minyak goreng di Jakarta, Selasa (13/9/2022).
Franky menjelaskan, sebelumnya perusahaannya, yaitu produsen minyak goreng Bimoli, yang merupakan bagian dari Grup Salim, yang juga menaungi Indofood, tidak pernah memproduksi maupun mendistribusikan minyak goreng curah.
Perang Rusia-Ukraina yang pecah di bulan Februari 2022, dituding jadi pemicu lonjakan harga CPO dunia. Yang sebelumnya sudah tren menguat sejak tahun 2021.
"Petani senang, harga CPO tinggi karena internasional tinggi. Harga CPO di Indonesia mengikuti internasional. Dan itu dikontrol, ada pungutan-pungutan pajak, termasuk BPDPKS," katanya.
"Yang menyebabkan langka itu, ketika ditetapkan harga minyak goreng murah. Semua rugi. Akibatnya, semuanya nggak bisa menjual hasilnya," tambah Franky.
Jokowi Turun Tangan
Berawal dari instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Menteri Perdagangan (Mendag) kala itu, Muhammad Lutfi agar segera mengambil tindakan atas lonjakan harga minyak goreng yang terjadi sejak akhir tahun 2021.
Perintah itu direspons Mendag Lutfi dengan memberlakukan minyak goreng satu harga, kemudian diubah jadi kebijakan harga eceran tertinggi (HET) dengan besaran beragam tergantung jenisnya. Disertai dengan kebijakan wajib memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/ DMO) bagi eksportir bahan baku minyak goreng, crude palm oil (CPO/ minyak sawit mentah) dan turunannya.
Pasar bereaksi.
Harga minyak goreng perlahan 'hilang' dari peredaran. Bahkan, kemudian jadi barang langka. Rak-rak di ritel modern maupun warung dan pasar tradisional yang biasa dipenuhi minyak goreng, mendadak kosong.
Kondisi itu berlanjut hingga medio Maret 2022. Pemerintah menyerah dan melepas harga ke mekanisme pasar. Selain itu, DMO CPO dan turunannya juga dicabut.
Dan dalam semalam, rak-rak yang tadinya kosong melompong, tiba-tiba dipenuhi minyak goreng berbagai ukuran kemasan dan merek.
Hanya saja, ada yang berbeda. Harga minyak goreng di ritel modern melonjak gila-gilaan hingga berulang kali cetak rekor.
Jokowi kemudian mengambil keputusan mengejutkan. Mulai 28 April 2022, Jokowi menutup keran ekspor CPO dan turunannya secara total.
"...Saya putuskan pemerintah melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng mulai Kamis 28 April 2022 sampai batas waktu yang akan ditentukan kemudian. Saya akan terus memantau dan mengevaluasi kebijakan ini agar ketersediaan minyak goreng melimpah dengan harga terjangkau," kata Jokowi.
Kebijakan itu berlangsung selama sebulan, hingga kemudian Jokowi kembali membuka keran impor. Menurutnya, langkah itu ditempuh untuk menjamin pasokan minyak goreng dan bahan bakunya di dalam negeri. Dan memang terbukti.
Produksi minyak goreng di dalam negeri semakin banyak, dengan beragam merek baru bermunculan. Sementara, harga juga terus melandai.
Jokowi juga menggelontorkan bantuan langsung tunai (BLT) minyak goreng bagi keluarga miskin di Indonesia, jelang Lebaran tahun 2022. Sebesar Rp100.000 per bulan selama 3 bulan hingga Idulfitri tahun 2022.
Di saat bersamaan, DMO CPO dana turunannya kembali diberlakukan. Kali ini dengan sistem rasio pengali untuk menetapkan kuota ekspor. Ketentuan ini berlaku hingga akhir Oktober 2022. Disertai dengan semakin melandainya harga minyak goreng. Meski, saat ini tengah ada kenaikan terutama sejak Natal hingga jelang Tahun Baru 2022.
(dce/dce)