
Gokil! Biaya Bangun Smelter Bauksit Bisa Rp15,7 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia resmi melarang ekspor bijih bauksit ke luar negeri mulai Juni 2023. Pemerintah menginginkan perusahaan pertambangan bauksit untuk mengembangkan hilirisasi di dalam negeri.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bahkan mencatat, bahwa hilirisasi bisa meningkatkan nilai tambah ekspor Indonesia dari yang tadinya hanya Rp21 triliun per tahun (ekspor bijih bauksit) menjadi sekitar Rp62 triliun (ekspor yang sudah di hilirisasi).
Saat ini tercatat, baru ada 4 smelter bauksit di Indonesia. Ditargetkan pada tahun depan akan ada tambahan sebanyak 8-an smelter bauksit lagi untuk memenuhi kebutuhan produksi bijih bauksit yang mencapai sekitar 40 jutaan ton.
Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhapi, Muhammad Toha menyatakan, bahwa pembangunan pabrik pengolahan bijih bauksit bukanlah persoalan yang mudah. Dia mengatakan dalam membangun pabrik hilir bauksit membutuhkan nilai investasi yang besar.
Toha menyebutkan, setidaknya butuh investasi senilai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 15,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.712 per US$) dalam membangun pabrik pengolahan bijih bauksit dengan kapasitas 1 juta ton per tahun.
"Nilai investasi untuk membangun pabrik pengolahan khususnya di bauksit itu bukan perkara gampang. Kita butuh sekitar US$ 1 miliar untuk bisa menghasilkan (smelter) dengan kapasitas 1 juta ton per tahun alumina. Artinya kalau dirupiahkan butuh duit sekitar Rp 14 triliun sampai Rp 15 triliun," ujarnya kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Rabu (28/12/2022).
Toha menyebutkan nilai investasi tersebut bukanlah angka yang kecil. Menurutnya, pemerintah perlu menggaet investor luar negeri dalam membangun fasilitas pemurnian bauksit di Indonesia. "Angka ini bukan angka yang kecil. Perlu untuk menggandeng investor dari luar untuk bisa pengusaha Indonesia mampu membangun pabrik pengolahan bauksit tersebut," imbuhnya.
Kelak, jika hilirisasi bauksit berjalan, Indonesia tak lagi mengekspor secara mentah melainkan hilirisasi itu sendiri bisa menghasilkan produk antara (intermediate product) alumina dalam bentuk smelter grade alumina (SGA) dan chemical grade alumina (CGA).
Indonesia sebelumnya juga sukses mengembangkan hilirisasi nikel di dalam negeri. Kelak, dengan hilirisasi, komoditas nikel bisa digunakan sebagai bahan baku industri baterai kendaraan listrik.
Dari hilirisasi nikel, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi memprediksi hilirisasi nikel bisa mendatangkan nilai tambah mencapai US$ 33 miliar atau Rp514 triliun (kurs Rp15.600 per US$).
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hilirisasi Bauksit Gak Jalan, Ini Biang Keroknya