Pantas Disetop Jokowi! Harta Karun Ini Dijual Murah ke China

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
28 December 2022 14:30
Infografis, Daerah Penyimpanan Harta Karun RI
Foto: Infografis/Harta Karun RI/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah resmi mengumumkan akan melarang ekspor mineral mentah bauksit pada Juni 2023 mendatang. Hal ini tak lain sebagai salah satu upaya Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.

Kebijakan ini juga sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sempat menyebut bahwa sekitar 90% bijih bauksit RI selama ini diekspor.

Berdasarkan catatan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), produksi bijih bauksit RI sempat mencapai 40 juta ton per tahun, di mana 6 juta ton hanya mampu diserap untuk kebutuhan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri, dan selebihnya yakni sekitar 35-36 juta ton diekspor ke China.

Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhapi Muhammad Toha mengatakan, bijih bauksit yang selama ini diekspor ke China dijual dengan harga yang murah.

Toha mengungkapkan, nilai penjualan bijih bauksit tersebut terbilang kecil, sehingga perlu dilakukan hilirisasi agar menghasilkan nilai tambah yang lebih besar bagi negara ini.

"Kita semua tahu menjual mineral dalam bentuk bijih mempunyai nilai ekonomis yang kecil, kita semua tahu. Akan mendapatkan nilai yang meningkat, ada added value kalau kita bisa melakukan pengolahan di Indonesia," ungkapnya dalam Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (28/12/2022).

Menurutnya, hilirisasi di Indonesia selama ini kurang maksimal disebabkan oleh minimnya jumlah ketersediaan pabrik pengolahan bijih bauksit.

Oleh karena itu, Indonesia terbilang hanya mendapatkan keuntungan dari devisa hanya sebesar US$ 600 juta atau setara dengan Rp 9,4 triliun (asumsi kurs Rp 15.715 per US$).

"Setiap proses yang dilakukan ke hilir dalam bentuk hilirisasi mineral pasti akan meningkatkan nilai tambah yang signifikan, itu poinnya. Di bauksit juga sebenarnya seperti itu, kita saat ini karena keterbatasan pabrik pengolahan yang tersedia di Indonesia, kita hanya mampu menjual dalam bentuk bijih dan nilai devisa yang kita dapatkan hanya US$ 600 juta saat ini," paparnya.

Indonesia yang akan menghentikan ekspor bijih bauksit pada Juni 2023, mengartikan negara China pada tahun depan dipastikan akan kehilangan pasokan bijih bauksit dari Indonesia sebanyak sekitar 35 juta-36 jutaan ton.

Seperti diketahui, negara China merupakan penikmat bijih bauksit terbesar dari Indonesia. Hal tersebut sempat diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli.

"Negara pengimpor bijih bauksit Indonesia saat ini adalah China. Sehingga apabila pelarangan export dilakukan tahun 2023 maka bisa dipastikan China yang akan dirugikan karena pabriknya akan mengalami kekurangan stock bijih bauksit yang akan diolah," terangnya kepada CNBC Indonesia, Senin (26/12/2022).

Pelarangan ini memang akan merepotkan China, namun Indonesia bukan negara satu-satunya pengekspor bijih bauksit ke China. Diantaranya ada Australia, Brazil, Guniea, Vietnam. "Indonesia menguasai 4% cadangan dunia," ungkap Rizal.

Kelak, dengan hilirisasi bauksit, Indonesia tak lagi mengekspor secara mentah melainkan hilirisasi itu sendiri bisa menghasilkan produk antara (intermediate product) alumina dalam bentuk smelter grade alumina (SGA) dan chemical grade alumina (CGA).

Presiden Jokowi sempat mengungkapkan, kelak dari hasil penyetopan ekspor bijih bauksit dan pengembangan hilirisasi bauksit di dalam negeri, pendapatan negara akan mengalami kenaikan yang signifikan menjadi kurang lebih Rp 62 triliun, dibandingkan pada tahun-tahun ini yang mencapai Rp 21 triliun.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif sempat mengatakan, potensi penambahan pendapatan negara bisa melesat hingga delapan kali lipat dari hilirisasi bauksit menjadi alumina.

Dalam catatannya, Irwandy menyebutkan, pada 2021 harga bijih bauksit sekitar US$ 24 - US$ 30 per ton atau sekitar Rp 469.323 per ton. Hal itu menyumbang pendapatan negara sebesar US$ 628 juta atau setara dengan Rp 9,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.646 per US$) dengan penjualan sebanyak 23 juta ton bijih bauksit.

Sementara bila dijual berupa alumina, penerimaan negara diperkirakan bisa melejit delapan kali lipat karena dengan asumsi harga alumina kini sekitar US$ 200 - US$ 300 per ton.

Menurutnya, angka ini bisa kembali melambung bila Indonesia bisa memprosesnya lagi menjadi aluminium. Apalagi, lanjutnya, harga aluminium kini sudah mencapai sekitar US$ 2.000 per ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengusaha Ingatkan Pemerintah Jangan Hanya Fokus Pada Smelter

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular