Sesumbar Luhut Soal RI: Banyak Negara Maju Kalah Sama Kita!
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan sudah ada banyak negara maju yang kalah dengan Indonesia dalam hal perkembangan konektivitas dan digitalisasi pelabuhan.
"Banyak negara maju pun sekarang kalah sama kita. Perkembangan konektivitas dan digitalisasi pelabuhan di Indonesia telah berada di jalur yang tepat, dan ini saya kira penting. Ayo kita terus tingkatkan, jangan pernah kita kendor, karena saya terus terang sangat bangga kalau ini jadi, karena ini akan menjadi salah satu hal yang bisa membawa Indonesia menjadi negara yang bermartabat ke depan," kata Luhut dalam acara Green Port Awarding 2022, Rabu (28/12/2022).
Luhut mengatakan, semua kegiatan bernegara harus dilakukan dengan digitalisasi, sehingga dengan demikian Indonesia bisa lebih efisien dan tentunya juga dapat menaikkan penerimaan negara serta menghindari korupsi yang ada di dalam negeri.
"Ingat dampak dari G20 itu membawa Indonesia makin terkenal. Jangan kita masih membawa persoalan-persoalan kampungan yang tidak perlu terjadi, karena itu bisa kita hindari dengan digitalisasi salah satunya," ujarnya.
Konteks 'kampungan' yang dimaksud Luhut dalam penjelasan sebelumnya adalah soal tindakan penyimpangan yang ditindak melalui operasi tangkap tangan (OTT) karena layanan pelabuhan yang belum terkoneksi dengan digitalisasi.
Ia juga mengapresiasi atas terbangunnya 14 pelabuhan yang sudah terintegrasi secara digital sehingga dapat meminimalkan praktek korupsi di pelabuhan karena sudah terblokir oleh sistem yang telah dibangun.
"Dan tahun depan, kita harus bisa membuat, menyelesaikan 149 lagi, kita harus kerja keras untuk itu bisa dibangun. Semua saya harapkan harus bisa selesai dalam waktu 2 tahun ke depan," ujarnya.
"Kalau kita lihat sekarang ada 14 green and smart port. Jadi tidak hanya green saja, tapi juga smart port. Ada 112 di bawah Pelindo dan ada sekitar 37 di bawah instansi, termasuk Kemenhub, swasta dan lainnya," tambah dia.
Pemerintah Indonesia, katanya, melakukan kebijakan kelautan Indonesia untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia. Green and smart port berperan dalam mewujudkan komitmen untuk mengembangkan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, industri perkapalan, serta pariwisata bahari.
Sektor transportasi laut juga memberikan kontribusi besar untuk emisi gas rumah kaca. Upaya dekarbonisasi pada sektor transportasi laut telah mengemuka sejak lama dalam perundingan iklim global. International Maritime Organization (IMO) menargetkan untuk mengurasi emisi gas rumah kaca di sektor transportasi laut sebesar 40% Pada tahun 2030, dan 70% pada tahun 2050 dibandingkan dengan baseline emisi tahun 2008.
Penggunaan bahan bakar kapal bersuhu rendah dan modernisasi pelabuhan menjadi bagian dari upaya dekarbonisasi global. "Saya ingin tunjukan kepada dunia bahwa program green and smart port merupakan bagian dari komitmen Indonesia menuju net zero emission 2060 or sooner," tuturnya.
Dalam implementasinya tata kelola pelabuhan Indonesia menjadi penting, agar dapat menjalankan standar internasional untuk memperkuat konektivitas dan memperhatikan aspek berkelanjutan dengan menjalankan beberapa ketentuan IMO terkait pencegahan polusi, dan ISO 14001 terkait manajemen lingkungan.
Dalam pelaksanaan program greenport pemerintah Indonesia fokus ke dalam empat aspek utama, yaitu pengelolaan limbah, pengendalian iklim seperti mendukung rehabilitasi mangrove, energi terbarukan, dan digitalisasi layanan pelabuhan.
"Beberapa kali saya sudah menghimbau teman-teman kepala pelabuhan, 'ayo kita tanam mangrove di tempat yang bisa kita tanam mangrove', supaya itu juga bisa menangkap karbon-karbon emisi di tempat pelabuhan kita," tuturnya.
"Indonesia yang paling maju di seluruh dunia dalam hal ini. Jadi ayo teman-teman dari kepala pelabuhan atau dari Pelindo, saya minta kita melakukan ini tadi. Kita jangan pura-pura, kita lakukan dengan hati, karena kita (sedang) menyelamatkan generasi Indonesia yang akan datang," imbuhnya.
Pentingnya melestarikan mangrove ini, lanjut dia, untuk melindungi masyarakat pesisir kita dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Implementasi green and smart port diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah bagi pelabuhan di Indonesia.
"Masih diperlukan regulasi dan roadmap untuk percepatan pencapaian target 10 pelabuhan internasional di Indonesia, dapat memenuhi seluruh kriteria green and smart port hingga tahun 2030, serta penerapan prinsip-prinsip yang sejalan dengan perkembangan teknologi," kata Luhut.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menambahkan bahwa pemerintah memang bertekad agar pelabuhan harus beroperasi untuk meningkatkan perekonomian nasional. Karena salah satu kriteria dari pertumbuhan adalah ekspor, yang ditentukan oleh bagaimana pelabuhan berfungsi secara maksimal sehingga ekspor yang dilakukan dapat efektif, efisien dan berdaya guna.
"Tapi tidak cukup bahwa perekonomian nasional atau sisi komersial itu dipenuhi, jasa pelabuhan harus mampu beradaptasi dengan perubahan dunia. Kita tahu bahwa sekarang banyak anomali terhadap cuaca, oleh karenanya bahwa sustainable port, greenport, dan smartport itu menjadi suatu keharusan, bukan lagi jadi satu konsep tapi harus dilakukan secara konsisten dan berpartisipasi dalam program-program lingkungan yang lain yang sudah dirintis Bapak Presiden beberapa waktu yang lalu di Bali, terkait mangrove dan lain sebagainya," ujar Budi.
Tidak hanya mengelola pelabuhan, lanjut Budi, tetapi juga bagaimana mengelola kawasan di sekitarnya, memberikan CSR, memberi dukungan terhadap lingkungan-lingkungan tertentu sehingga pelabuhan menjadi salah satu titik sentral yang berkaitan dengan ekonomi nasional, serta juga memperhatikan hal-hal yang sifatnya lingkungan.
"Harapan ini saya pikir tidak berlebihan, kita dapat perintah dari Bapak Presiden dan Pak Menko bahwa pelabuhan harus efisien, pelabuhan harus menampilkan sosok yang memang memiliki daya saing secara komersial. Tapi ingat bahwa daya saing tidak cukup memiliki fungsi-fungsi yang berkualitas, melainkan berhadapan dengan lingkungan atau kecenderungan global yang memang memberikan suatu tekanan bagi apa yang kita hadapi sekarang ini," ujarnya.
(hoi/hoi)