Jakarta Bisa Lumpuh! BMKG Warning Banjir 2020 Terulang

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
27 December 2022 19:56
Pengendara motor melintas banjir di Kawasan Koja, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pengendara motor melintas banjir di Kawasan Koja, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya potensi hujan yang sangat lebat akhir tahun ini hingga awal Januari 2023. Kondisi itu dianggap serupa dengan yang terjadi pada pengujung 2019.

Pada periode akhir 2019 hingga memasuki tahun 2020, intensitas hujan sangat tinggi di wilayah Jabodetabek. Buntunya, hujan yang tak kunjung berhenti itu sampai membuat Jakarta lumpuh karena banjir di mana-mana dengan ketinggian yang beragam.

"Poin yang perlu kami sampaikan justru salah satu alasan kenapa kami gencarkan informasi dan konferensi pers ini dikhawatirkan dapat terjadi seperti itu, semoga tidak," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers secara daring, Selasa (27/12/2022)

Dwikorita menjelaskan, tingginya intensitas hujan di wilayah Jabodetabek, Banteng, hingga NTT saat ini hingga 2 Januari 2023 mendatang sebetulnya memiliki kesamaan penyebab sebagaimana yang terjadi pada akhir 2019.

Di antaranya muncul dinamika atmosfer seperti Monsun Asia, maupun Seruakan Dingin Asia dari dataran tinggi Tibet yang meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan.

"Saat itu tingginya intensitas hujan juga dipengaruhi oleh Seruakan Udara Dingin tadi dari dataran tinggi asia, dataran tinggi tibet, sama ya, dengan juga Monsun Asia yang semakin menguat," ucap Dwikorita.

Tapi, ia mengingatkan, yang membuat kondisi hujan pada akhir 2019 memburuk hingga banjir pada awal 2020 adalah munculnya fenomena La Nina sehingga curah hujan semakin meningkat sampai dengan cakupan 70%.

"Jadi sampai menjadi ekstrem ya hujannya, bahkan itu lebih dari ekstrem. Ekstrem itu batasannya 150 ml dalam 24 jam, saat itu sampai 377 ml dalam 24 jam," ujar dia.

Menurut Dwikorita, kondisi La Nina sebetulnya tidak terjadi pada saat ini karena levelnya lebih rendah dan menuju netral. Kendati begitu, ia mengingatkan, pada saat ini turut diiringi fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) maupun arus lintas ekuatorial yang juga menyebabkan tingginya curah hujan disertai peningkatan kecepatan angin.

"Itu jadi lebih baik kita waspada, siaga, meskipun La Nina nya melemah, artinya tidak sekuat tahun itu, tapi di sini bersamaan dengan MJO, CENS (cross equatorial northerly surge) bersama juga dengan menguatnya Monsun Asia serta puncak musim hujan juga," ucap Dwikorita.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warning! Ancol, Bekasi, dan PIK 1-2 Bisa Tenggelam di 2030

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular