
Awas Krisis Lagi! Rusia Beri Sinyal Pangkas Produksi Minyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, mengatakan negaranya akan menghentikan pasokan minyak ke negara-negara yang memberlakukan batasan harga pada ekspor minyak mentahnya.
Tak hanya itu, Siluanov juga juga mengakui adanya kemungkinan pemotongan produksi. Ia juga menyebut Rusia akan mencari pasar baru dan solusi logistik meskipun harganya lebih mahal.
"Kami tidak akan menjual minyak di bawah kontrak yang akan menentukan batas harga yang ditawarkan oleh negara-negara Barat. Ini di luar pertanyaan," kata Siluanov dalam sebuah wawancara dengan media Arab Saudi, Asharq News, Minggu (25/12/2022).
"Bagaimana ini akan memengaruhi ekonomi, anggaran negara, dan volume produksi? Ya, kami harus membatasi produksi di suatu tempat," tambahnya.
Adapun, batas atas US$ 60 per barel untuk minyak mentah lintas laut Rusia, yang diberlakukan oleh negara-negara kelompok 7 (G7) dan Uni Eropa (UE), mulai berlaku pada 5 Desember.
Langkah itu, bersama dengan larangan impor UE atas aliran laut Rusia, ditujukan untuk memangkas pendapatan energi Moskow.
Selain itu, kargo minyak Rusia yang diperdagangkan di atas ambang batas tidak dapat mengakses layanan utama yang disediakan oleh perusahaan Barat, termasuk asuransi.
Siluanov menyatakan keputusan untuk menetapkan batas atas harga minyak lintas laut Rusia sebagai "kediktatoran konsumen".
Dia mengatakan, secara teori, negara-negara yang mendukung langkah tersebut dapat memperkenalkan batasan harga yang sama untuk produsen lain juga. Ini menjelaskan bahwa Rusia tidak dapat menyetujui kebijakan semacam itu.
Siluanov juga berjanji bahwa semua kewajiban anggaran Rusia akan dipenuhi meskipun ada pembatasan harga, sanksi, dan fluktuasi harga di pasar dunia.
Pernyataannya menggemakan komentar yang dibuat oleh Wakil Perdana Menteri Aleksandr Novak tentang masalah pembatasan harga awal pekan ini.
Novak mengatakan Moskow tidak akan menjual minyak mentah ke negara-negara yang memberlakukan batasan harga, dan mungkin menanggapi tindakan tersebut dengan mengurangi produksi minyak sebesar 500.000-700.000 barel per hari pada awal 2023.
Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan pembatasan tersebut akan setara dengan sekitar 5-6% dari produksi harian negara tersebut.
Gagasan pengurangan produksi minyak pertama kali disuarakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 9 Desember. Pemimpin Rusia tersebut menekankan bahwa hingga saat ini belum ada keputusan mengenai masalah tersebut.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Mau Ngambek, Ogah Jual Minyak ke Negara-Negara Ini