Terminal Tanjung Sekong Pasok 40% LPG untuk Lokal

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
25 December 2022 21:15
kapal Gas Attaka milik PT Pertamina International Shipping (PIS) berlayar membelah lautan dari pelabuhan Tanjung Sekong di Merak, Banten, menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang untuk memasok kebutuhan gas LPG masyarakat Jawa Tengah.  (Dok. Pertamina International Shipping)
Foto: kapal Gas Attaka milik PT Pertamina International Shipping (PIS) berlayar membelah lautan dari pelabuhan Tanjung Sekong di Merak, Banten, menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang untuk memasok kebutuhan gas LPG masyarakat Jawa Tengah. (Dok. Pertamina International Shipping)

Cilegon, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebutkan Liquified Petroleum Gas (LPG) yang masuk pada Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, didominasi oleh impor. Adapun, 40% pasokannya disalurkan untuk dalam negeri.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan berdasarkan hasil kunjungan kerja yang dilakukan oleh Kementerian ESDM ke Terminal LPG Tanjung Sekong milik PT Pertamina International Shipping (PIS) menunjukkan bahwa pasokan LPG yang masuk berasal dari impor sebanyak 75%.

Seperti diketahui, PT Pertamina International Shipping (PIS) merupakan perusahaan perkapalan logistik terintegrasi di Indonesia milik PT Pertamina (Persero). PIS memiliki Terminal LPG Tanjung Sekong, fasilitas penyimpanan LPG terbesar di Indonesia.

"Asal mulanya iya (krusial), mungkin prediksinya tadi ngobrol-ngobrol (impor LPG) kurang lebih 75%," ujarnya saat ditanya tentang komposisi impor LPG yang masuk ke Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Minggu (25/12/2022).

Namun begitu, Rida mengungkapkan bahwa Terminal LPG Tanjung sekong memenuhi sebanyak 40% suplai LPG dalam negeri. Oleh karena itu, menurutnya pasokan LPG di Terminal Tanjung Sekong menjadi vital dan signifikan.

"Dari Tanjung Sekong ini ke seluruh tujuan yang ada di Indonesia, karena ini kan 40% peredaran atau supply demandnya LPG Indonesia itu dari sini, jadi cukup vital dan signifikan di sini," pungkasnya.

Atas vitalnya pasokan LPG di Terminal Tanjung Sekong ini, Rida memastikan PT PIS sudah memiliki antisipasi mitigasi kemungkinan hambatan yang datang dari alam maupun manusia. Rida menyebutkan PT PIS sudah siap dalam antisipasi dan mitigasi hambatan yang mungkin terjadi.

"Makanya tadi kita bertanya, diidentifikasi kah, bisa berisiko baik itu sifatnya alam maupun ya perbuatan manusia gitu. Ternyata mereka sudah memitigasinya dan sudah tadi menyusun dikelompokannya dalam meraih itu," pungkasnya.

Untuk diketahui, PIS saat ini merupakan operator tanker terbesar di Asia Tenggara dengan mengoperasikan sekitar 750 kapal, dengan pengalaman ekstensif yang melayani market domestik, pasar regional, dan internasional.

Pada 2021, PIS menambah armada distribusi energi dengan meluncurkan Very Large Crude Carrier (VLCC) "Pertamina Pride", dan "Pertamina Prime". Kapasitas masing-masing VLCC adalah 2 juta barel. Kehadiran kedua kapal tanker akan memperkuat positioning PIS sebagai integrated marine logistic company dan global player kebanggaan Indonesia.

Kedua kapal tersebut akan melayani pasar luar negeri dan mengangkut minyak mentah (crude oil) ke Indonesia. Dengan kapal milik sendiri, Pertamina memiliki fleksibilitas yang lebih karena memiliki cadangan migas di luar negeri dengan jumlah produksi 110 ribu barel per hari.

Keberadaan VLCC akan mengamankan rantai pasok yang lebih efisien dan meningkatkan keandalan pasokan, serta kelancaran distribusi energi nasional dengan mengamankan pasokan kebutuhan minyak mentah ke kilang Pertamina.

Kedatangan dua VLCC menegaskan potensi bisnis pengapalan, dengan potensi peningkatan permintaan untuk produk likuid hingga 2030 mendatang, dan bakal mencapai puncaknya pada 2040 nanti.

Kondisi ini tidak terlepas dari peluang kebutuhan kapasitas minyak mentah (crude) selama 10 tahun mendatang berkisar sekitar 6 juta barel hingga 13 juta barel. Dari jumlah tersebut sekitar 22% masih dilayani oleh pihak ketiga dan 78% sisanya oleh Pertamina.

Selama tahun 2021 PIS juga telah menerapkan ketentuan penggunaan bahan bakar bersulfur rendah (Low Sulphur Fuel Oil atau LFSO) pada seluruh armada yang dioperasikan, sesuai regulasi IMO2020 yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI.

Pasokan LSFO diperoleh dari RU III Plaju dan RU V Balikpapan. Penerapan LSFO bertujuan mendukung reduksi emisi SOx dari operasional kapal, sehingga akan mengurangi dampak pencemaran udara bagi populasi di sekitar pelabuhan maupun pantai.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Strategi Pertamina Shipping Menuju Transisi Energi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular