Bahaya! Pengusaha Tekstil Mendadak Warning Waspadai China Cs

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
23 December 2022 20:40
Pembeli memilih kain di salah satu toko tekstil di Pasar Baru, Jakarta, Selasa (6/4/2021). Pemerintah didesak untuk segera memberlakukan penerapan safequard atau perlindungan karena makin markanya produksi tekstil impor di Indonesia. Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Rizal Tanzil Rakhman menyebutkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sektor kain atau garmen saat ini tengah menghadapi gempuran impor kain yang mencapai 46 persen. Pantauan CNBC Indonesia kain didatangkan langsung dari Tiongkok, India dan Italia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Garmen (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja memperingatkan agar mewaspadai Cina, Bangladesh, Pakistan, India, Vietnam. Pasalnya, kata dia, negara-negara tersebut adalah negara dengan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang massif dan tengah mengincar pasar Indonesia.

Menurut Jemmy, hal itu sebagai efek domino melambatnya konsumsi di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Kedua negara ini merupakan tujuan eksporTPT dunia, termasuk Indonesia. Juga, negara-negara produsen TPT tadi.

"Dengan adanya pelemahan (ekonomi) di Eropa dan AS, pasti market ekspornya akan mengecil. Dan market ekspor mengecil itu bukan terjadi di Indonesia saja, pasti produsen lainnya seperti Cina, Bangladesh, Pakistan, India, Vietnam itu terdampak juga. Pasti mereka akan mencoba untuk mencari market baru. Market barunya itu yang disasar Indonesia," kata Jemmy kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/12/2022).

Karena itu, ujar dia, Indonesia harus berhati-hati, karena pasar domestik saat ini jadi harapan satu-satunya bagi industri TPT nasional. Di mana, ramai dilaporkan, industri TPT nasional, terutama yang berorientasi ekspor tengah melakukan PHK besar-besaran akibat anjloknya ekspor.

Saat ini, kata dia, produksi TPT nasional hingga 70% dipasok ke lokal, sedangkan sisanya 30% ke pasar ekspor. 

"Mereka melihat Indonesia itu menjadi satu potensi market yang cukup besar. Nah ini yang harus kita waspadai. Jangan nanti diperparah lagi dengan produk impor yang membanjiri produk TPT ke Indonesia. Yang mungkin tadinya 70% berjualan di domestik pasti akan terganggu. Ini yang harus kita waspadai sekali," katanya.

"Makanya, market domestiknya harus kita jagain, kalau nggak pasti PHK (pemutusan hubungan kerja) di industri tekstil ini akan lebih parah lagi," tambah dia.

Dia juga meminta pemerintah memberlakukan hambatan non-tarif (Non-Tariff Barriers/ NTB). 

"Contohnya, barang-barang impor yang masuk ke Indonesia harus dengan verifikasi, laporan surveyor, harus dengan persetujuan impor dari perindustrian dan perdagangan. Itu yang kita harus lakukan supaya jumlah volume impor produk TPT (tekstil dan produk tekstil) yang masuk ke Indonesia bisa dikontrol," ujarnya.

Selain itu, katanya, perlu menggalakkan kampanye 'Bangga Buatan Indonesia', serta pengajuan antidumping sehingga bisa menunjang penguatan pasar dalam negeri.

"Kalau seandainya kampanye itu digalakkan, dibarengi dengan Non-Tariff Barriers dan apalagi kalau seandainya di industri bisa mengajukan antidumping saat terjadi lonjakan impor, maka itu akan menunjang sekali untuk penguatan market dalam negerinya," pungkas Jemmy.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Waspada! Baju Impor Bakal Makin Membludak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular