Siap-Siap, RI Bakal Ekspor Gas Perdana ke Vietnam!
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia akan melakukan ekspor gas perdana ke Vietnam pada 2026 mendatang. Ekspor gas ini disebutkan akan berasal dari Blok Tuna di Kepulauan Natuna.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Arifin mengatakan, ini merupakan salah satu bagian dari aksi kerja sama di tingkat Asia Tenggara.
Arifin menyebut, potensi gas yang diekspor bisa mencapai 100-150 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Nantinya pipa akan dibangun untuk menyalurkan gas dari Blok Tuna ke Vietnam.
"Potensinya di sana 100-150 MMSCFD. Kita sih targetnya 2026 sudah bisa ekspor. Nanti akan dibangun pipa untuk menyalurkan gasnya," tuturnya di Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Perlu diketahui, Blok Tuna ini dioperasikan oleh Premier Oil A Harbour Energy Company dan mitranya Zarubezhneft, perusahaan migas asal Rusia.
Sebelumnya, pada tahun 2021 lalu Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil Tuna B.V. berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Tuna.
Wilayah Kerja Tuna ini berada di lepas pantai Natuna Timur, tepat di perbatasan Indonesia-Vietnam.
Benny Lubiantara, Deputi Perencanaan SKK Migas mengatakan, temuan cadangan ini diperoleh melalui pengeboran dua sumur delineasi Singa Laut (SL)-2 dan Kuda Laut (KL)-2.
Dia menjelaskan, pada 2014 lalu Premier Oil melakukan pengeboran sumur eksplorasi dengan dua kaki yang menyasar pada potensi hidrokarbon di struktur SL-1 dan struktur KL-1. Menurutnya kedua sumur ini menemukan potensi minyak dan gas dari Formasi Gabus, Arang, dan Lower Terumbu.
"Potensi hidrokarbon dari struktur SL dan KL ini kemudian dikonfirmasi kembali dengan melakukan pengeboran dua sumur delineasi SL-2 dan KL-2 pada tahun 2021," paparnya, seperti dikutip dari keterangan resmi SKK Migas, Selasa (30/11/2021).
Kedua sumur ini dia sebut sudah dikategorikan ke dalam sumur kunci tahun 2021 oleh SKK Migas sejak awal. Temuan ini menurutnya bisa membantu pemerintah dalam mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.
"Keberhasilan kedua sumur ini akan membuka peluang penemuan hidrokarbon lainnya di area tersebut yang dapat membantu target pemerintah dalam mencapai produksi 1 juta bph dan 12 BSCFD," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini SKK Migas bersama dengan Premier Oil Tuna B.V. tengah melakukan koordinasi serta langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat menghitung secara terukur besaran cadangan hidrokarbon di struktur SL dan KL.
"Evaluasi PSE (Penentuan Status Eksplorasi) dan studi-studi pendukung usulan Plan of Development (rencana pengembangan/ PoD)akan mulai didiskusikan selambatnya awal Januari 2022," lanjutnya.
Dia berpandangan, temuan cadangan di struktur SL dan KL ini sangat berpotensi menjadi temuan migas ekonomis pertama yang dapat berproduksi di Cekungan Natuna Timur.
(wia)