
Sri Mulyani Suarakan Nasib Miris Perempuan di Ekonomi RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam acara Peringatan Hari Ibu 2022 yang jatuh pada 22 Desember 2022, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan nasib perempuan dalam perekonomian Indonesia.
Dia menilai, keterlibatan perempuan sebagai pelaku ekonomi masih kurang dibekali oleh persiapan yang matang, bahkan tidak jarang perempuan tidak memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengembangkan usahanya.
"Karena banyak perempuan yang terjun menjadi pelaku ekonomi sering tidak dibekali dengan pengalaman dan pengetahuan maupun keterampilan yang akan sangat bermanfaat bagi pengembangan usahanya," ungkapnya dalam sambutan Peringatan Hari Ibu Kementerian Keuangan, Kamis (22/12/2022).
Menurutnya, hal ini terjadi karena keterlibatan perempuan sebagai pelaku ekonomi sering kali berangkat dari keinginannya untuk memberikan dukungan bagi perekonomian rumah tangga sehingga masih banyak perempuan yang menjadi pelaku ekonomi karena mereka terpaksa bekerja. Padahal, menurutnya untuk menjadi pelaku usaha diperlukan banyak kesiapan, mulai dari kesiapan pengetahuan, pengalaman, jaringan, hingga kesiapan modal yang cukup.
"Karena memang perempuan sering masuk ke dalam kegiatan ekonomi bukan karena persiapan matang, tapi karena harus melakukan, as a matter of survival, sebagai sesuatu untuk memberikan dukungan di perekonomian rumah tangganya, sehingga dia mau tidak mau harus bekerja," lanjutnya.
"Namun tidak selalu identik mau tidak mau bekerja itu dengan mereka memiliki kesiapan pengetahuan, pengalaman, serta network. Oleh karena itu berbagai aktivitas pemberdayaan termasuk akses terhadap permodalan menjadi sangat penting," jelasnya.
Dukungan atas keterlibatan perempuan di perekonomian menjadi semakin penting ketika melihat data pelaku ekonomi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang didominasi oleh perempuan. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenkopUKM) pada bulan Maret 2021, perempuan mendominasi pelaku UMKM sebanyak 64,5% dari total 64,2 juta UMKM di Indonesia.
Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bahkan tergolong besar, yakni sebesar 61,07% atau senilai Rp 8.573,89 triliun. Dari segi penyerapan tenaga kerja, UMKM mampu menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun hingga 60,42% dari total investasi di Indonesia.
"Kalau kita lihat di dalam ekonomi, peran perempuan sekarang makin dikenali dan diakui. Kalau kita bicara tentang pelaku ekonomi terutama UMKM yang jumlahnya lebih dari 64 juta di Indonesia, 64,5% itu perempuan pelakunya," terangnya.
Data ini menunjukkan bahwa sebenarnya perempuan berpotensi memberikan kontribusi yang besar pagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, dukungan terhadap kesiapan dan keterlibatan maksimal perempuan dalam dunia usaha harus terus dilakukan, baik dari sisi kebijakan pemerintah maupun dari dukungan masyarakat.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan untuk mendukung pemberdayaan perempuan, pemerintah menerapkan penandaan anggaran (budget tagging) responsif gender dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mendorong kontribusi perempuan.
"Di dalam APBN kita kita sudah menerapkan budget tagging menandai APBN, anggaran-anggaran yang dikeluarkan dan digunakan oleh kementerian dan lembaga memperkuat atau memiliki dimensi penguatan gender, yaitu cirinya memberikan peranan dan kesempatan kepada perempuan untuk berkontribusi," pungkasnya.
Mengutip dari dokumen Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, penandaan anggaran adalah suatu proses memberikan tanda dalam dokumen anggaran yang berguna untuk menelusuri dan mengidentifikasi output suatu kegiatan beserta anggarannya, yang tercantum dalam Rencana Kerja Kementerian dan Lembaga (Renja K/L) maupun Rencana Kerja Anggaran Kementerian Lembaga (RKA K/L).
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Sri Mulyani di Tengah Isu Mundur dari Kabinet Jokowi