Ironi! Jawa Kelebihan Pasokan Gas, Sumatera Malah Kekurangan
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui saat ini terdapat kelebihan pasokan gas di daerah Jawa. Namun sayangnya, dalam waktu bersamaan, Sumatera justru mengalami kekurangan pasokan gas.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti. Shinta menyebut, saat ini Jawa mengalami surplus gas, utamanya di Jawa Timur sejak beroperasinya proyek gas Jambaran Tiung Biru.
"Kita kelebihan gas Jatim, tapi kekurangan di Sumatera," ucapnya dalam acara Forum Transisi Energi yang diselenggarakan SKK Migas bersama CNBC Indonesia, Kamis (22/12/2022).
Namun demikian, menurutnya Indonesia masih memiliki 68 cekungan hidrokarbon yang belum dieksplorasi. Adapun kebanyakan cekungan yang belum dieksplorasi tersebut berada di wilayah Indonesia bagian timur.
Menurutnya, bila nantinya ditemukan temuan baru cadangan migas, maka yang menjadi Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah berikutnya adalah bagaimana membangun infrastruktur dari hulu hingga hilir, sehingga migas yang ditemukan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan dalam negeri dari Sabang sampai Merauke.
"Sangat menjadi PR, bukan hanya Kementerian ESDM, termasuk kementerian lain. Kita punya potensi tapi masih harus menyambungkan dari hulu sampai ke hilir," ucapnya.
Seperti diketahui, proyek gas Jambaran Tiung Biru di Blok Cepu, Jawa Timur mulai beroperasi pada 20 September 2022 dengan penyaluran gas ke pembeli sebanyak 30 standar juta kaki kubik (MMSCFD). Secara bertahap, proyek gas JTB ini akan meningkat dan diperkirakan mencapai puncak produksi pada Desember 2022.
General Manager Gas Jambaran Tiung Biru Pertamina EP Cepu Ruby Mulyawan menjelaskan, kapasitas produksi gas di JTB mencapai 192 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), yang ditargetkan terealisasi pada Desember 2022.
"Kita targetkan project acceptance, artinya semua selesai kapasitas produksi 100% di kisaran bulan Desember pertengahan atau akhir," kata Ruby ditemui di Jambaran Tiung Biru, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (26/10/2022).
Sementara itu, PT Pupuk Iskandar Muda 1 (PIM) di Aceh sedang di ujung tanduk. Pasalnya, pasokan gas bumi sebagai bahan bakar utama mesin produksi pupuk terancam terhenti.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Bisnis Pupuk Indonesia Jamsaton Nababan juga membenarkan hal itu. Menurut dia, belum ada kepastian suplai gas yang seharusnya bisa dipakai untuk operasional pabrik pada Januari 2023.
Hal tersebut terjadi lantaran suplai gas yang mulanya direncanakan akan dipasok dari Kilang Liquefied Natural Gas (LNG) Tangguh di Papua Barat tidak bisa terlaksana. Menurutnya, BP Tangguh baru bisa menyuplai LNG pada April 2026 mendatang.
"Sehingga memang terdapat shortage gas untuk PIM. Saat ini sedang didiskusikan dengan SKK Migas, mencari alternatif lain suplai LNG untuk kebutuhan PIM," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (09/12/2022).
(wia)