Heboh! AS & Rusia Mau Bangun 'Nuklir' di RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua negara adidaya dunia yakni Amerika Serikat (AS) dan juga Rusia kepincut membangun 'nuklir' dalam hal ini adalah fabrikasi nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.
Hal ini mengingat pemerintah juga sudah memberikan sinyal bagi para pengembang pembangkit nuklir itu. Sinyal tersebut yakni penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52 tahun 2022 tentang Keselamatan dan Keamanan Pertambangan Bahan Galian Nuklir.
Dalam Pasal 6 beleid itu menjelaskan, pertambangan bahan galian nuklir dikelompokkan dalam tiga jenis, yakni pertambangan mineral radioaktif, pengolahan mineral ikutan radioaktif, dan penyimpanan mineral ikutan radioaktif. Adapun mineral ikutan radioaktif diantaranya seperti uranium atau thorium.
Pertama AS. Direktur Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Bapeten, Haendra Subekti. Ia bilang, perusahaan dari AS siap membangun fabrikasi bahan bakar nuklir di Indonesia. Sehingga, Dia menyebutkan bahan galian nuklir yang akan ditambang akan digunakan dalam pabrik itu.
"Mereka sudah menyatakan memang ketika projek itu berjalan, mereka akan membangun fabrikasi bahan bakar nuklir di Indonesia. dengan demikian bahan galian nuklir yang akan ditambang akan digunakan dalam pabrik itu. Tentunya ini planning jangka panjang dukungan semua pihak dibutuhkan," tandasnya.
Kedua Rusia. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva menyatakan, pihak Rusia tertarik untuk berpartisipasi di pengembangan IKN, dan siap menawarkan teknologi smart city kepada Indonesia.
"Jika pemerintah RI tertarik, kami juga bisa menawarkan pembangunan pembangkit listrik nuklir di Kalimantan. Beberapa badan pemerintahan juga telah berkontak mengenai hal-hal terkait teknologi apa yang kami miliki," tuturnya, Rabu (21/12/2022).
Dia menuturkan Kalimantan adalah salah satu area berisiko rendah kejadian seismik. Hal tersebut membuat Kalimantan cocok sebagai lokasi pengembangan PLTN. "Kami juga punya teknologi pembangkit nuklir terapung yang dimuat di kapal besar dan bisa di-dock di manapun. Kalau ada situasi darurat, itu bisa digunakan. Kami adalah satu-satunya di dunia yang memiliki teknologi ini," ujarnya.
Seperti diketahui, pada saat bertemu Presiden Joko Widodo di Kremlin Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawarkan kerja sama untuk menggarap proyek nuklir di Indonesia.
Menurut Putin, perusahaan energi Rusia yakni Rosatom State Corporation mempunyai pengalaman, kompetensi dan keandalan teknologi dalam pengembangan PLTN. Rosatom sendiri telah mengembangkan PLTN yang terbesar di Rusia, yakni Novovoronezh Unit 6, yang berkapasitas 1.200 MW di Voronezh.
Selain di darat, Roastom juga membangun PLTN Terapung KLT-40S, yang dapat berlayar menjelajahi sejauh 5.000 Km, dengan kapasitas sebesar 80 MW.
Rosatom saat ini menggunakan teknologi nuklir generasi terbaru, tipe reaktor VVER 1200 dengan teknologi generation 3 Plus yang merupakan pertama di dunia, dengan masa operasi selama 60 tahun. Sistem Pengamanan teknologi VVER 1200 memiliki zero accident standard.
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Rohadi Awaludin mengungkapkan Indonesia menyimpan potensi sumber daya alam yang cukup untuk pengadaan energi nuklir. Dia menyebutkan tambang uranium yang ada di Indonesia terdapat sebanyak 90 ribu ton. sedangkan untuk tambang thorium terdapat sebesar 150 ribu ton.
"Kita patut bersyukur bahwasanya kita dikaruniai sumber daya alam yang cukup terkait nuklir untuk uranium dan thorium. Untuk uranium sekitar 90 ribu ton data kami, kemudian thorium sekitar 150 ribu ton," ungkapnya kepada CNBC Indonesia pada Mining Zone, dikutip Jumat (16/12/2022).
Rohadi menilai, dengan adanya ratusan ribu potensi sumber daya alam untuk energi nuklir tersebut bisa mencukupi sebagai modal Indonesia dalam memenuhi kecukupan energi dengan nuklir. "Saya kira itu cukup sebagai sumber daya modal kita untuk kebutuhan energi menggunakan nuklir ini," tuturnya.
(pgr/pgr)