RI Siap Gelar 'Karpet Merah' Bagi Penambang Bahan Nuklir!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
21 December 2022 20:45
Ilustrasi Tambang Uranium. (Dok. Pixabay)
Foto: Ilustrasi Tambang Uranium. (Dok. Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia berikan sinyal lampu hijau untuk pertambangan bahan galian nuklir di dalam negeri. Hal ini seiring dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2022 tentang Keselamatan dan Keamanan Pertambangan Bahan Galian Nuklir.

Melalui aturan ini, celah penambangan dan pengolahan bahan baku nuklir di Indonesia semakin terbuka lebar. Tentunya, Indonesia akan membutuhkan investasi yang besar, baik dalam penggalian bahan galian nuklir, maupun nantinya untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di dalam negeri.

Menjawab tantangan investasi itu, Tim Ahli Menteri Investasi atau Kepala BKPM RI Anggawira mengungkapkan bahwa pemerintah akan menggelar "karpet merah" dengan mengadakan insentif yang bisa diberikan kepada pengusaha tambang bahan galian nuklir.

Angga menyebutkan bahwa pembangunan PLTN nantinya bisa dikombinasikan dengan intensif carbon credit, tax holiday, ataupun tax allowance.

"Kita juga bisa menggabungkan dengan berbagai macam insentif yang bisa kita berikan ke pengusaha. Kalau kita bicara PLTN, misal kita bisa kombinasikan dengan carbon credit, artinya dengan insentif carbon credit yang bisa kita combine tax holiday atau tax allowance," paparnya kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Rabu (21/12/2022).

Dia menilai, dengan mengombinasikan berbagai macam insentif tersebut, maka diharapkan dapat dihasilkan investasi yang kompetitif.

"Sehingga investasi yang mereka berikan bisa sangat kompetitif. Formulasi tersebut yang bisa kita offer ke investor," ujarnya.

Selain itu, Angga menyebutkan dalam mengatur investasi nuklir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia tengah menyiapkan peta investasi yang terperinci. Dalam peta investasi tersebut turut dipaparkan potensi yang dimiliki di Indonesia.

"Eranya Pak Bahlil, Menteri, coba jawab tantangan itu dengan menyusun berbagai peta peluang investasi yang ada. Artinya berbagai sektor ada, mulai dari sektor industri misalnya, di sektor pertambangan, sektor logistik, dan sebagainya," tuturnya.

Menurutnya, sebelumnya Indonesia tidak pernah membuat peta investasi yang detail. Peta investasi yang selama ini dibuat menurutnya adalah karangan bebas belaka.

"Sebelum-sebelumnya kalau bisa dibilang, kita ini nggak pernah memberikan suatu peta investasi atau data investasi. Istilahnya kalau kita bilang, kita mengarang bebas aja, Indonesia punya 17 ribu pulau blabla. On detail-nya nggak pernah kita sampaikan secara terperinci kepada investor yang mau masuk," ucapnya.

Angga menyebutkan untuk sektor nuklir, peta investasi yang akan disajikan kepada investor agar tertarik yaitu dengan menyebutkan potensi bahan galian nuklir yang luar biasa di Indonesia. Selain itu, daerah yang potensial mengandung tambang nuklir juga dipaparkan dalam peta investasi tersebut.

"Untuk PLTN sendiri, di sektor nuklir ini jadi hal yang menarik, karena kita sendiri dari data yang disampaikan Kepala BATAN, kita punya potensi luar biasa tapi tadi, masih baru ini, di sini daerah ini, kan perlu kita lebih detilkan lagi," tandasnya.

Untuk diketahui, Indonesia menyimpan 'harta karun' bahan baku pengembangan 'nuklir', khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Bahan tambang yang dimaksud adalah uranium dan thorium sebagai jenis radioaktif.

Thorium sendiri kerap disebut sebagai nuklir hijau, sebab limbah radioaktif yang dihasilkan thorium jauh lebih rendah dibandingkan dengan uranium dan energi yang dihasilkan jauh lebih dahsyat.

Kegunaan dari kedua komoditas tersebut yakni dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. Namun, pembangkit listrik dari thorium lebih efisien.

Melansir data Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada 2020, Indonesia memiliki bahan baku nuklir berupa sumber daya uranium sebanyak 81.090 ton dan juga thorium sebanyak 140.411 ton.

Dari total tersebut bahan baku pun tersebar di beberapa kota, di antaranya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Sumatera tercatat memiliki sekitar 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton.

Berdasarkan data dari World Nuclear Association pada 2019, cadangan uranium dunia diketahui mencapai 6,14 juta ton dengan produksi mencapai 54,7 ribu ton. Australia menempati negara dengan persediaan uranium terbanyak hingga 1,7 juta ton.

Kemudian, disusul oleh Kazakhstan di urutan kedua dengan porsi kontribusi sebesar 15% dari total cadangan dunia. Kanada di urutan ketiga dengan cadangan uranium mencapai 564,9 ribu ton atau setara 9% dari cadangan dunia.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Negara Pemilik Bahan Baku Nuklir Terbesar Dunia, Ada RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular