
Ancaman Selain Covid Hantam Malaysia, 5 Tewas-70 Ribu Ngungsi

Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir menghantam tetangga RI, Malaysia. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan lima orang tewas dan 70.000 di evakuasi.
Lebih dari 31.000 orang telah meninggalkan rumah di negara bagian Kelantan. Sementara 39.000 lainnya mengungsi di penampungan di negara bagian Trengganu.
Korban jiwa sediri merupakan tiga orang perempuan yang tersengat listrik dan satu bayi 15 bulan yang tenggelam. Korban lain adalah seorang anak dua tahun yang terseret arus.
"Ketinggian air mencapai hampir tiga meter (10 kaki)," kata Muhammad Ameenudin Badrul Hisyam dari distrik Kuala Krai, mengutip AFP, Rabu (21/12/2022).
Dimuat media lokal, Bernama, banjir juga menyerang negara bagian Pahang, Johor dan Perak. Evakuasi tambahan juga dilakukan.
Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim sendiri dijadwalkan mengunjungi beberapa daerah yang terkena dampak pada Rabu malam ini. Ia mengatakan pemerintahnya akan mengucurkan dana tambahan untuk penanggulangan bencana dan upaya penyelamatan.
Anwar, yang juga menteri keuangan, mengatakan di parlemen hari Selasa bahwa pemerintah berujar akan mengalokasikan dana tambahan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Angkanya mencapai US$90 juta.
Ancaman Selain Covid-19
Malaysia sendiri memang mengalami musim hujan dari November ke Maret. Namun, beberapa analis menilai intensitas hujan semakin tinggi karena perubahan iklim.
Desember 2021, negara itu juga dilanda banjir terparah dalam sejarah. Kala itu lebih dari 50 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi.
Sebelumnya, analis menyebut bahwa banjir ini sendiri tak lepas dari efek perubahan iklim global. Dr Siew, yang merupakan penasihat perubahan iklim untuk Pusat Studi Pemerintahan dan Politik, mengatakan bahwa ini terlihat dari cakupan wilayah yang terendam banjir, di mana biasanya beberapa wilayah di wilayah tengah dan barat Malaysia tidak terendam.
"Ketika Anda memiliki efek akumulasi, dampak jangka panjangnya adalah Anda mengalami hujan tiba-tiba di daerah tertentu, dan itulah yang Anda lihat dalam banjir di Malaysia dalam beberapa hari terakhir," ujarnya kepada Channel News Asia (CNA) kala itu.
"Menjadi lebih sulit bagi ahli iklim untuk memprediksi cuaca dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena fenomena perubahan iklim," tambahnya.
Ini juga sempat diamini dosen lingkungan hidup Universiti Putra Malaysia Haliza Abdul Rahman. Haliza mengatakan bahwa hal ini sendiri tidak hanya terjadi Malaysia, namun juga di belahan bumi lainnya seperti Eropa, China dan AS, menyebutnya pola perubahan pada cuaca global.
"Menurut saya, perubahan iklim adalah faktor utama yang menyebabkan tingginya curah hujan ... yang mengakibatkan situasi banjir. Banjir telah disebut sebagai peristiwa sekali dalam seratus tahun. Tapi mungkin, lebih banyak insiden seperti itu akan berulang di tahun-tahun mendatang," pungkasnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Banjir Melanda Malaysia, 5 Orang Tewas