Horor Covid China, Kematian Bakal 'Meledak' 1,5 Juta
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan kasus Covid-19 China makin menjadi-jadi. Senin (19/12/2022) untuk pertama kalinya China melaporkan kematian akibat Covid-19 pasca melonggarkan kebijakan terkait virus ini, 3 Desember.
Sebanyak dua kematian tercatat di ibu kota Beijing. Namun pakar penyakit menular meyakini jumlah kematian sebenarnya lebih tinggi dari itu.
Sabtu, menurut laporan Reuters, mobil jenazah berbaris di luar krematorium Covid-19 yang ditunjuk di Beijing, di mana para pekerja dengan pakaian hazmat membawa jenazah ke dalam fasilitas tersebut. Namun sayangnya, Reuters tidak dapat segera memastikan apakah kematian itu karena Covid-19 atau bukan.
Di sisi lain, tagar tentang dua kematian Covid-19 juga menjadi menjadi trending topik teratas di platform Weibo. Rata-rata menuliskan kekesalan dan menuding data kematian paus.
"Apa gunanya statistik yang tidak lengkap?" tanya seorang pengguna, masih dimuat laman yang sama.
"Bukankah ini menipu publik?" tulis yang lain.
Rendahnya jumlah kematian sejak pembatasan dicabut tidak konsisten dengan pengalaman negara lain. Di mana setelah langkah serupa dilakukan kasus dan kematian melonjak.
Secara resmi China hanya menderita 5.237 kematian terkait Covid-19 selama pandemi. Ini termasuk dua kematian terakhir, sebagian kecil dari 1,4 miliar populasinya.
Caixin,media terkemuka lain, sempat melaporkan dua jurnalis media pemerintah meninggal setelah tertular Covid pada Jumat dan kemudian seorang mahasiswa kedokteran berusia 23 tahun juga meninggal Sabtu. Sayangnya, tidak segera jelas apakah data ini sudah terkait data Komisi Kesehatan Nasional (NHC) atau tidak.
"Angka tidak menceritakan kisah lengkapnya," kata pakar penyakit menular yang berbasis di Singapura, Hoe Nam Leong, dikutip AFP.
Kurangnya pengujian kemungkinan berarti banyak infeksi tidak diketahui. Beberapa rumah sakit terlalu penuh untuk menerima pasien sementara petugas kesehatan mungkin meremehkan Covid sebagai penyebab kematian.
Jutaan orang China lanjut usia yang tidak divaksinasi juga tetap rentan. Meski tempat produksi vaksin, banyak yang belum mendapat vaksi Covid-19.
"Orang mungkin meninggal karena serangan jantung akibat stres infeksi. Penyebab utama kematian adalah serangan jantung, tetapi penyebab utamanya adalah Covid," tambahnya.
Sementara itu, beberapa orang khawatir jumlah kematian akibat Covid di China juga dapat meningkat di atas 1,5 juta dalam beberapa bulan mendatang. Apalagi karena Tahun Baru Imlek yang segera datang dan membuat membludaknya mobilitas warga.
"China menghadapi gelombang pertama dari tiga gelombang yang diperkirakan terjadi selama musim dingin," kata salah satu ahli epidemiologi terkemuka negara itu Wu Zunyou.
Gelombang saat ini akan berlangsung hingga pertengahan Januari dan terutama mempengaruhi kota-kota. Lalu meluas karena perjalanan selama liburan Tahun Baru Imlek yang memicu gelombang kedua hingga pertengahan Februari.
Puncak ketiga akan terjadi dari akhir Februari hingga pertengahan Maret. Ini, ujarnya, karena mereka yang terinfeksi selama liburan kembali ke tempat kerja mereka.
(sef/sef)