Menteri ESDM Ucap Jumlah Harta Karun Lumpur Lapindo, Dahsyat?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
16 December 2022 15:02
Kondisi terkini lumpur lapindo. (Tangkapan layar Google maps)
Foto: Kondisi terkini lumpur lapindo. (Tangkapan layar Google maps)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara perihal kandungan mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element (RRE) serta mineral logam kritis berupa lithium dan stronsium di dalam Lumpur Lapindo Sidoarjo, Jawa Timur.

Arifin tak menampik, Lumpur Lapindo sendiri mempunyai kandungan mineral berupa LTJ serta lithium dan stronsium. Hanya saja, kandungan mineral strategis tersebut menurutnya tidak lah begitu besar.

"Kecil (kandungannya). Itu memang beberapa ton ada, tapi cuma segitu, gak menjamin berapa banyak kebutuhan kita kan. Jadi belum tahu, jadi siapa tahu bisa ngusahain ada yang skala kecil ekonomis," ungkap Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (16/12/2022).

Meski begitu, Arifin berharap agar temuan kandungan mineral LTJ, serta lithium dan stronsium dapat segera dilakukan analisa yang lebih mendalam, sehingga bisa diketahui skala keekonomiannya.

"Berapa potensinya dan gimana untuk ongkos pemurniannya. Untuk membangun industrinya ekonomis atau enggak," kata dia.

Sebelumnya, dari catatan Badan Geologi Kementerian ESDM, kandungan lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo itu kadarnya mencapai 99-280 ppm, sementara untuk stronsium kadarnya mencapai 255-650 ppm.

Pentingnya kedua mineral kritis tersebut tak ayal menjadi rebutan berbagai negara di dunia. Pasalnya, kedua mineral kritis tersebut sangat dibutuhkan sebagai bahan baku untuk peralatan berteknologi tinggi.

Lithium misalnya, bisa digunakan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik maupun pembangkit energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Stronsium juga bisa digunakan sebagai bahan baku elektronik.

Dengan besarnya manfaat dari logam tersebut, tak ayal turut membuat Minarak Brantas, bagian dari Grup Bakrie, tertarik untuk ikut mengelolanya, meski perusahaan belum bisa menyebutkan secara gamblang.

Area Lumpur Lapindo ini sebenarnya masuk ke dalam wilayah kerja minyak dan gas bumi (migas) Brantas yang dikelola Lapindo Brantas Inc, PT Prakarsa Brantas, dan PT Minarak Brantas Gas.

Adapun Minarak Brantas Gas Inc adalah bagian dari Grup Bakrie. Berdasarkan laporan Energi Mega Persada (ENRG), pada bagian transaksi dengan pihak-pihak berelasi diketahui bahwa Minarak Brantas Gas Inc. adalah perusahaan yang dahulu bernama Lapindo Brantas Inc.

Corporate Secretary Minarak Group Ananda Arthaneli mengakui pihaknya juga masih menunggu regulasi dari pemerintah terkait skema pengelolaan kandungan mineral kritis maupun logam tanah jarang di Lumpur Sidoarjo ini.

"Saat ini kami juga sedang menunggu regulasi pemerintah mengenai skema pengelolaannya," pungkasnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (15/12/2022).

Meski tidak menyebutkan secara gamblang terkait ketertarikan perusahaan untuk mengelola logam tanah jarang maupun lithium di Lumpur Lapindo ini, namun dia menyebut perusahaan selalu mengamati dinamika yang terjadi di area ini.

"Karena LuSi (Lumpur Sidoarjo) sudah merupakan bagian dari kami, dinamika yang ada di sana senantiasa selalu kita amati," ujarnya.

Dia pun mengatakan, pihaknya masih menunggu skema pengelolaan dari pemerintah, meskipun ada sebagian wilayah terdampak berada di area milik perusahaan.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lumpur Lapindo Simpan Harta Karun Langka, Tapi Susah Keangkat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular