
Sinyal Bakrie Grup Ingin Tampung 'Harta Karun' Lumpur Lapindo

Jakarta, CNBC Indonesia - Bakrie Grup melalui Minarak Group memberikan sinyal untuk menampung atau mengelola 'harta karun' yang tersimpan di dalam Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Kesan itu terlihat tatkala manajemen Minarak Group bilang bahwa Lumpur Sidoarjo (LuSi) menjadi bagian dari perusahaan.
Asal tahu saja, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, di Lumpur Lapindo terkandung mineral kritis dalam hal ini Lithium dan Stronsium. Untuk Lithium mencapai 99 - 280 PPM sementara untuk Stronsium kadarnya mencapai 255 - 650 PPM
Litihium merupakan bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Sementara Stronsioum menjadi bahan baku industri elektronik.
Nah, pemerintah melalui Kementerian ESDM memang belum menetapkan siapa yang berhak mengelola dan memproduksi kedua 'harta karun' yang saat ini dibutuhkan oleh dunia itu. Sebab, pemerintah masih terus melakukan uji dan ekstraksi atas adanya kandungan tersebut.
Corporate Secretary Minarak Group Ananda Arthaneli mengakui pihaknya juga masih menunggu regulasi dari pemerintah terkait skema pengelolaan kandungan mineral kritis maupun logam tanah jarang di Lumpur Sidoarjo ini. "Saat ini kami juga sedang menunggu regulasi pemerintah mengenai skema pengelolaannya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Dikutip Jumat (15/12/2022).
Meski tidak menyebutkan secara gamblang terkait ketertarikan perusahaan untuk mengelola logam tanah jarang maupun lithium di Lumpur Lapindo ini, namun dia menyebut perusahaan selalu mengamati dinamika yang terjadi di area ini. "Karena LuSi (Lumpur Sidoarjo) sudah merupakan bagian dari kami, dinamika yang ada di sana senantiasa selalu kita amati," ujarnya.
Menurutnya, skema pengelolaan lithium di Lumpur Sidoarjo ini masih ditunggu pihaknya karena bagaimana pun ada sebagian wilayah terdampak berada di area milik perusahaan. "Sedangkan skema pengelolaannya merupakan domain pemerintah, walaupun secara kewilayahan ada sebagian wilayah terdampak berada di area kami," ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya mengakui bahwa kandungan mineral di Lumpur Sidoarjo ini sudah diteliti dan dipublikasikan secara terbatas pada 2008. Ananda mengungkapkan, mineral kritis tersebut sudah melalui beberapa tahapan penelitian, termasuk untuk mengetahui nilai keekonomiannya. Selain sejumlah peneliti dari universitas dalam dan luar negeri, maupun instansi pemerintahan, menurutnya internal perusahaan juga ikut meneliti terkait kandungan mineral kritis di Lumpur Lapindo ini.
"Hal ini pun tanpa bermaksud mencari, namun menemukan hal baru. Semua menyatakan bahwa sepertinya memang ada kandungan unsur tanah jarang," ungkapnya.
Sebagai gambaran, Minarak Brantas Gas Inc adalah bagian dari Grup Bakrie. Berdasarkan laporan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), pada bagian transaksi dengan pihak-pihak berelasi diketahui bahwa Minarak Brantas Gas Inc. adalah perusahaan yang dahulu bernama Lapindo Brantas Inc.
Sebelumnya area Lumpur Lapindo ini masuk ke dalam wilayah kerja (WK/Blok) minyak dan gas bumi (migas) Brantas yang dikelola Lapindo Brantas Inc, PT Prakarsa Brantas, dan PT Minarak Brantas Gas.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Misteri Harta Karun di Lumpur Lapindo Terungkap, Ini Isinya..
