
Terungkap! Bahan Baku Nuklir Terbesar Ada di Tetangga RI Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan, nuklir kian santer dibicarakan setelah Indonesia menyetujui untuk menambang bahan baku nuklir di dalam negeri. Nyatanya, nuklir memiliki segudang manfaat dan dapat berkontribusi terhadap perekonomian.
Energi nuklir merupakan hasil dari proses kimia yang dikenal dengan reaksi fisi dan reaksi fusi pada sebuah inti atom. Salah satu bahan baku dasar dalam pembuatan nuklir yakni Uranium dan Thorium yang merupakan jenis radioaktif.
Thorium sendiri kerap disebut sebagai nuklir hijau, sebab limbah radioaktif yang dihasilkan thorium jauh lebih rendah dibandingkan dengan uranium dan energi yang dihasilkan jauh lebih dahsyat.
Kegunaan dari kedua komoditas tersebut yakni dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. Namun, pembangkit listrik dari thorium lebih efisien.
Mengacu pada Kementerian Perindustrian bahwa untuk menghasilkan 1.000 Mega watt atau 1 Giga Watt per tahun diperlukan setidaknya batu bara sebanyak 3,5- 4 juta ton. Sementara, uranium membutuhkan sekitar 200-250 to. Namun, Thorium mampu menghasilkan kapasitas produksi listrik hanya dengan volume sebesar 7 ton saja.
Pada 12 Desember 2022, Indonesia resmi menyetujui pengembangan tambang nuklir. Adapun tujuan tersebut disinyalir untuk pembangkit listrik yang tertera dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru Terbarukan guna menggantikan energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi yang lebih merusak lingkungan.
Dengan menambah daya pembangkit tenaga listrik, tentu Indonesia berpotensi menjadi negara industri di masa depan, di mana kontribusi sektor industri terhadap PDB berkisar sekitar 30%-40%. Namun, guna mewujudkan cita-cita besar tersebut, setidaknya Indonesia harus memiliki kapasitas listrik terpasang di atas 500Watt/orang.
Jika melansir laman Kementerian Perindustrian bahwa saat ini Indonesia baru memiliki kapasitas listrik sebanyak 210 Watt/orang, jauh di bawah negara lainnya seperti Malaysia 982 Watt/orang, Thailand 802 Watt/orang, dan Singapura 2028 Watt/orang.
Dengan asumsi populasi mencapai 300 juta penduduk di tahun 2025, Indonesia setidaknya harus mampu mengejar target tersebut dengan pertumbuhan kapasitas listrik terpasang nasional sebesar 10 Giga Watt/tahun.
Selain itu, pengembangan dan penguatan industri harus didukung pengadaan bahan baku dan energi memadai untuk menggerakkan aktivitas pengolahan sehingga menciptakan nilai tambah dan mewujudkan Indonesia sebagai negara dengan industri berdaya saing.
Namun, Indonesia nyatanya belum berhasil masuk ke dalam daftar negara dengan cadangan bahan baku nuklir terbesar di dunia sebab cadangan uranium yang telah terekspose masih terbilang sedikit.
Lantas, negara mana saja yang memiliki cadangan bahan baku nuklir terbesar di dunia?
Berdasarkan data dari World Nuclear Association pada 2019, cadangan uranium dunia diketahui mencapai 6,14 juta ton dengan produksi mencapai 54,7 ribu ton. Australia menempati negara dengan persediaan uranium terbanyak hingga 1,7 juta ton.
Kemudian, disusul oleh Kazakhstan di urutan kedua dengan porsi kontribusi sebesar 15% dari total cadangan dunia.
Kanada di urutan ketiga dengan cadangan uranium mencapai 564,9 ribu ton atau setara 9% dari cadangan dunia.
Bagaimana dengan cadangan nuklir di Indonesia?
Melansir data Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) pada 2020, Indonesia memiliki bahan baku nulir berupa sumber daya uranium sebanyak 81.090 ton dan juga thorium sebanyak 140.411 ton.
Dari total tersebut bahan baku pun tersebar di beberapa kota, di antaranya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sumatera tercatat memiliki sekitar 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton.
(pap/pap)