Lumpur Lapindo Simpan Harta Karun Langka, Tapi Susah Keangkat

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
14 December 2022 20:17
Kampung Tenggelam Lumpur Lapindo (Budi Sugiharto/detikcom/File Foto 2015)
Foto: Kampung Tenggelam Lumpur Lapindo (Budi Sugiharto/detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menemukan "harta karun" super langka di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. "Harta karun" ini dapat mendukung pembuatan baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan, adanya temuan mineral kritis berupa lithium dan stronsium pada wilayah Lumpur Lapindo Sidoarjo. Kementerian ESDM mencatat bahwa temuan lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo itu kadarnya mencapai 99 - 280 ppm, sementara kadar stronsium mencapai 255 - 650 ppm.

Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto mengungkapkan, walaupun ini merupakan temuan yang luar biasa, nampaknya terdapat beberapa hambatan yang menjadi tantangan besar dalam mengeksploitasi sumber daya ini.

Hariyanto menyebutkan tantangan yang dihadapi adalah terkait dengan infrastruktur yang belum memadai untuk industri baterai yang membutuhkan lithium untuk saat ini.

"Memang terkait dengan infrastruktur ini jadi tantangan ke depan. Terutama, ini belum tersedianya infrastruktur industri basis baterai yang butuh lithium untuk saat ini," ungkapnya dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (14/12/2022).

Yang kedua, Hariyanto menambahkan, tantangan yang dihadapi juga berupa belum ditetapkannya sumber daya dan cadangan lithium, stronsium, dan logam tanah jarang. Selain itu, belum ada aturan tata kelola komoditas tersebut juga masih menjadi tantangan yang dihadapi.

"Kemudian yang kedua terkait dengan sumber daya dan cadangan lithium, stronsium, maupun logam tanah jarang belum tersedia. Dan tata kelola usahanya juga belum diatur, ini yang kedua," tuturnya.

Kemudian, Hariyanto menambahkan tantangan yang ketiga adalah belum diketahuinya berapa angka pasti dari cadangan lithium dan stronsium berdampak pada sektor industri turunan yang tidak akan bisa memperkirakan bagaimana proses pemurniannya.

"Belum diketahui secara pasti berapa jumlah potensi lithium tersebut, yang saya sampaikan baru sebatas kandungan yang kita analisis. Kemudian, juga untuk stronsium di Indonesia untuk diusahakan yang disampaikan tadi sumber daya maupun cadangan juga belum pasti," pungkasnya.

Hariyanto mengungkapkan, ketiga tantangan ini berdampak pada belum diliriknya "harta karun" yang terdapat di Lumpur Lapindo ini oleh calon investor.

"Sehingga ini sulit untuk menarik investor untuk membangun industrinya. Tentu ini tantangan untuk mendetilkan atau menindaklanjuti apa yang kita temukan di Lumpur Sidoarjo," tuturnya.

Seperti diketahui, saat ini Indonesia sedang gencar mengembangkan baterai kendaraan listrik. Di Indonesia sendiri, bahan baku pengembangan baterai listrik tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan nikel dan juga mineral logam tanah jarang (LTJ).

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM yang saat itu dijabat oleh Eko Budi Lelono sempat mengatakan sejauh ini Indonesia masih perlu banyak belajar mengenal mineral yang disebut mineral kritis tersebut. Mengingat, sejauh ini baru China yang paling pesat dalam pengembangan LTJ.

"Namanya juga mineral jarang, keberadaannya hanya di lokasi tertentu, gak semua negara punya. Karena jarang, hukum ekonomi barang langka dan jarang menjadi mahal, lebih jauh dari batu bara misalnya, coba dilihat lithium berapa harganya. Tapi memang mahal itu per gramnya," ungkap Eko, dikutip Minggu (27/11/2022).

Lebih lanjut, pihaknya sendiri telah melakukan penyelidikan terkait dengan adanya logam tanah jarang di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya, di Bangka Belitung di dalam proses kandungan timah.

Adapun Indonesia yang disebut sebagai ring of fire mulai dari Sumatera Utara sampai Sumatera Selatan, Pulau Jawa sampai ke Timur Indonesia merupakan jalur vulkanik.

"Jadi sepanjang jalur itu ada mineralisasi, kan mineral-mineral itu asalnya dari batuan juga dari bumi itu. Kita ketahui untuk LTJ yang saat ini asosiasinya dengan jalur timah makanya kita cari jalur timah mulai Sumut sampai Timur," jelasnya.

Tak hanya itu, di Lumpur Lapindo, Sidoarjo saat ini dalam penyelidikan yang justru ditemukan adanya potensi mineral kritis seperti lithium dan stronsium. Namun, hingga kini menurut Budi belum dihitung secara pasti besaran dari lithium dan stronsium yang ditemukan di Lumpur Lapindo tersebut sehingga pihaknya masih akan melakukan kajian lanjutan ke depan.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri ESDM Ucap Jumlah Harta Karun Lumpur Lapindo, Dahsyat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular