Internasional

Timur Tengah Panas Gegara Xi Jinping, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
12 December 2022 12:00
Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping disambut oleh Emir Riyadh Faisal bin Bende bin Abdulaziz dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan di Bandara Internasional King Khalid di Riyadh, Arab Saudi pada 07 Desember 2022. (Saudi Arabian Foreign Ministry / Handout/Anadolu Agency via Getty Images)
Foto: Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping disambut oleh Emir Riyadh Faisal bin Bende bin Abdulaziz dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan di Bandara Internasional King Khalid di Riyadh, Arab Saudi pada 07 Desember 2022. (Getty Images/Anadolu Agency)

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran memanggil duta besar China di negara itu. Hal ini menyusul pernyataan Beijing dengan beberapa negara Arab lainnya yang menyangkut kepulauan yang disengketakan Teheran.

Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping mengunjungi saingan Iran, Arab Saudi, di mana ia juga duduk dengan para pemimpin negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC). Dalam kesempatan itu, mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang berisi beberapa klausul yang secara langsung menangani urusan Iran, program nuklirnya, dan aktivitas regionalnya.

Masalah yang mendorong pemanggilan utusan China ini adalah kepemilikan tiga Pulau di Selat Hormuz yakni Greater Tunb, Lesser Tunb dan Abu Musa. Iran telah memerintah kepulauan itu sejak 1971 namun pulau-pulau itu juga diklaim Uni Emirat Arab (UEA).

Pemimpin Iran saat itu, Syah Iran, mengirim angkatan laut kerajaan ke tiga pulau pada tahun 1971 setelah Inggris menarik angkatan bersenjata mereka dari daerah yang sekarang menjadi UEA. Para pemimpin Emirat sejak itu mempertahankan pulau-pulau itu milik mereka.

Dalam penandatanganan pernyataan bersamanya, China dan GCC menyerukan penyelesaian sengketa itu dengan cara 'negosiasi bilateral sesuai dengan aturan hukum internasional'. Mereka juga mendorong penyelesaian masalah ini sesuai dengan legitimasi internasional.

Hal ini kemudian dianggap melemahkan sikap Teheran terkait klaimnya dan kendalinya atas tiga pulau itu. "Duta Besar China melakukan kunjungan di mana ketidakpuasan yang kuat dari Teheran disampaikan," ujar seorang pejabat Kementerian Luar Negeri kepada Al Jazeera, dikutip Senin (12/12/2022).

Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian juga menambahkan dalam sebuah tweet bahwa pulau-pulau itu adalah "bagian yang tidak terpisahkan dari tanah murni Iran". Teheran, tegasnya, tidak akan ragu untuk mendukung integritas teritorialnya.

Meski begitu, cuitan Amirabdollahian dikritik secara online karena ia tidak menyinggung China secara spesifik. Ia juga hanya menyatakan cuitannya dengan Bahasa Persia padahal sebelumnya ia menjabarkan kerjasama untuk mendukung integritas teritorial China dalam Bahasa Mandarin dan Persia.

China dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama 25 tahun pada 2021 lalu. Amirabdollahian menyatakan tahun ini perjanjian itu telah memasuki tahapan implementasi. Namun, sejauh ini tidak ada kontrak besar yang dipublikasikan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Cs 'Panik' Saudi Kini Akur dengan Iran, G7 Turun Tangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular