Sakit RI Tak Sembuh-sembuh, BI Siap Gunakan Amunisi Andalan
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa inflasi pangan merupakan penyakit yang berdampak signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada Juli 2022, inflasi pangan di Tanah Air sempat mencapai lebih dari 12%.
Laju inflasi pangan yang tinggi ini sempat membuat Presiden Joko Widodo mengadakan rapat darurat. Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Wilayah Bali Nusra, Jumat (9/12/2022).
Saat ini, inflasi volatile food tercatat sebesar 5,70 persen (yoy) di November 2022, lebih terkendali dari Oktober 2022 yang mencapai 7,20 persen (yoy). Namun jika inflasi pangan kembali bergejolak, BI tidak akan segan-segan bertindak.
Destry mengatakan BI akan bertindak dengan menggunakan instrumen suku bunganya.
"Kalau inflasi pangan tidak bisa terkendali ya mau nggak mau ke Bank Indonesia akhirnya juga menggunakan amunisi kami dan kebijakan moneter lebih bold," tegas Destry.
Hingga November 2022, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin. Kenaikan yang tinggi ini, menurut Destry, tetap diimbangi oleh insentif untuk bank, terutama jika mereka menyalurkan kredit ke UMKM.
Langkah ini harus dilakukan karena BI tidak ingin ekonomi RI yang tengah tumbuh tinggi terganggu. Oleh karena itu, BI berharap semua pihak dapat bekerja sama dan memiliki komitmen tinggi untuk menangani inflasi pangan.
(haa/haa)