
Ruginya RI Punya Harta Karun Raksasa Tapi Tak Disentuh

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dinilai perlu segera mengembangkan potensi 'harta karun' dalam hal ini minyak dan gas bumi (migas) yang ada di Blok East Natuna. Pasalnya terdapat beberapa kerugian yang akan ditanggung jika blok tersebut tidak segera dikembangkan.
Praktisi Migas dan Ketua Alumni Teknik Perminyakan ITB Hadi Ismoyo mengatakan pengembangan Blok East Natuna sendiri tergantung dari kemauan pemerintah. Oleh sebab itu, dia mendorong pengembangan Blok East Natuna dapat segera dikebut.
"Kalau tidak dikembangkan ada dua kerugian utama. Pertama, revenue buat NKRI. Kedua, geopolitik kawasan," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (8/12/2022).
Menurut Hadi, paling tidak dengan adanya bangunan fisik di wilayah tersebut, secara tidak langsung pemerintah juga telah menegakkan kedaulatan di East Natuna sebagai bagian utuh wilayah NKRI yang sah dan sesuai hukum internasional.
"Kita sekaligus menegakkan kedaulatan nasional dan sekaligus kedaulatan energi karena sumber daya tersebut dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat. Multiplier effect daerah terluar seperti Natuna sebagai bagian dari Pro Kepulauan Riau akan semakin terangkat," ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya mengatakan tidak menutup diri bagi siapa saja yang tertarik untuk masuk ke pengelolaan Blok East Natuna. Hal tersebut merespon rencana perusahaan Rusia yang ingin masuk ke Blok Jumbo tersebut. "Kita buka umum, siapa saja yang tertarik ke seluruh dunia," ujar Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (5/12/2022).
Tutuka mengatakan bahwa Kementerian ESDM saat ini masih menanti proses pengembalian Blok East Natuna dari Pertamina terlebih dahulu. Adapun setelah proses tersebut rampung, pemerintah bakal melelang ulang kembali Blok East Natuna dan memecahnya menjadi tiga wilayah kerja. "Intinya setelah pembagian selesai kita launching buka ke international, terutama tiga di tengah itu ya," katanya.
Menurut Tutuka pengembangan Blok East Natuna menjadi penting, mengingat blok jumbo tersebut sudah mangkrak hingga puluhan tahun. Hal tersebut terjadi lantaran Blok East Natuna memiliki kandungan karbon dioksida (CO2) hingga 71%.
Sehingga dari potensinya yang dapat mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF), hanya 46 TCF saja yang dapat dikembangkan. Menurut Tutuka pemecahan Blok East Natuna menjadi tiga wilayah kerja lantaran blok tersebut cukup luas.
"East Natuna itu terdiri dari berbagai lapangan ada yang di atas Arwana- Barakuda, di bawah D-Alpha, di bawah paus east natuna 3 itu kelompok besarnya. D-alpha ini jadi masalah ini berat sekali kompleks sekali kalau jadi satu orang tidak mau D-alphanya, konsepsinya begitu saja," kata dia.
Sementara, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memberikan kode bahwa investor yang ingin menggarap Blok East Natuna semakin banyak. Terbaru, Rusia kepincut untuk masuk ke Blok East Natuna melalui perusahaan migas pelat merah yakni Zarubezhneft.
Adapun sebelumnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas, menaruh minat untuk mengembangkan Blok East Natuna.
"Memang berminat saya kira di East Natuna banyak yang berminat dari Malaysia juga berminat. Yang Rusia mungkin hampir sama yang sekarang hampir terlibat di Blok Tuna (Zarubezhneft)," kata Dwi,
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harta Karun RI Hingga 54 Negara Terancam Malapetaka