Importir Buah Ngadu Kesulitan, Ini Jawaban Tak Terduga Zulhas

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
07 December 2022 16:05
Suasana aktifitas pasar induk Kramat Jati di Blok buah, Jakarta Timur, Selasa (28/1/2020). Kementerian Pertanian  memperketat pintu masuk impor beberapa jenis makanan termasuk buah-buahan dari daerah atau negara tertentu yang kemungkinan terkontaminasi virus corona sebagai upaya pencegahan penyebaran virus tersebut. Upaya pengetatan dilakukan melalui penerapan biosecurity terhadap komoditas impor untuk mencegah penyebaran Virus Corona. Sampai saat ini, ia memastikan belum ada data yang menunjukkan kontaminasi Virus Corona terhadap komoditas impor. Pantauan CNBC dilokasi pasar pedagang pasar mengaku dagangannya normal biasa saja. Hanya saja pasoka  importir buah belum datang dan rencana april nanti. Puji salah satu pedagang mengatakan
Foto: Ilustrasi Penjualan Buah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengkritik masih maraknya impor buah-buahan padahal buah yang sama ada di produksi di Indonesia. Hal itu disampaikan usai bertemu dengan importir buah yang mengajukan protes ke Kementerian Perdagangan (Kemendag) karena mengalami kesulitan mengimpor.

"Importir buah-buahan protes keras karena mendapat kendala kesulitan di Kementerian Perdagangan," ungkap Zulhas di Auditorium Kementerian Perdagangan, Rabu (7/12/2022).

"Saya bertanya kepada kawan-kawan importir itu, yang diimpor apa saja? Ceritalah (para importir). Saya bilang, kalau cuman buah lengkeng saja ngapain jauh-jauh impor? Kita ini kadang-kadang tuh, kita bisa maju kalau kita mau, kalau kita nggak mau ya nggak bisa maju. Kalau cuma buah lengkeng impor ngapain? Di Cianjur banyak," tegas Zulhas.

Lebih lanjut, Zulhas menyampaikan, di dalam negeri sendiri banyak sekali buah-buahan berkualitas tinggi yang layak untuk diekspor. Tidak perlu impor, karena di dalam negeri sudah berlimpah buah-buahan.

"Timun, masa impor timun yang bener saja. Buat apa? Saya bilang sama mereka," ujarnya.

"Saya baru dari Surabaya, kita punya alpukat gede-gede, kita punya buah naga besar-besar. Buah lengkeng banyak, buah manggis banyak, salak ada, pepaya banyak, apa lagi? Banyak buah-buah kita itu. Saya ke Indramayu mangga banyak betul sampai busuk karena nggak laku. Manis mangga Indramayu itu. Karena biasa Rp 20 ribu ini, sekarang panen cuman Rp 2 ribu, ongkos petiknya nggak cukup," tambah Zulhas.

Tidak terkecuali dengan buah-buahan kering, katanya, Indonesia seharusnya bisa memproduksi produk serupa dari hasil panen buah di dalam negeri.

"Ngapain kita masih impor lengkeng kering, ada juga jeruk kering. Apel yang kalau dicuci ada lapisan lilinnya. Kelapa muda yang sudah didandani dari Thailand. Kita bisa kalau mau begitu," tegasnya.

Sejalan dengan itu, dia menyarankan agar ada sistem barter secara global, dalam hal jual beli produk buah-buahan.

"Saya bilang, coba lah ekspor ke India, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, Jepang itu susahnya minta ampun. Sudah gini aja, kalo mereka ekspor sekian, kita balik ekspor sekian," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi Tegang, Ternyata China-AS 'Rebutan' Ini di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular