Belum Ada Kabar Baik! 'Badai Besar' Siap Hantam Dunia 2023

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
06 December 2022 09:48
Ilustrasi Resesi (Photo by MART/Pexels)
Foto: Ilustrasi Resesi (Photo by MART/Pexels)

Badung, CNBC Indonesia - Dunia dihadapkan pada sederet persoalan selepas dari pandemi covid-19. Mulai dari perang Rusia dan Ukraina yang tak berkesudahan, pengetatan kebijakan moneter hingga perubahan iklim (climate change).

"Ancaman langsung dari pandemi telah mereda, ekonomi global kini menghadapi angin sakal," ungkap Luky Alfirman, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dalam acara Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED), Badung, Bali, Selasa (6/12/2022)

Perang Rusia dan Ukraina telah mengganggu rantai pasok yang belum pulih selepas pandemi covid. Hal ini mendorong kenaikan pada komoditas, khususnya energi dan pangan sehingga menyebabkan lonjakan inflasi berbagai negara.

"Ini memperburuk tekanan inflasi yang telah meningkat karena permintaan yang terpendam karena situasi pandemi yang jauh lebih baik," jelasnya.

"Di banyak negara maju, tingkat inflasi melonjak ke rekor tertinggi dalam empat dekade, memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula," papar Luky.

Amerika Serikat (AS) adalah salah negara yang menjalankan kebijakan tersebut melalui kenaikan suku bunga acuan secara agresif. Eropa dan Inggris juga mengikuti setelahnya.

Negara berkembang mau tak mau ikut akan kebijakan negara tersebut demi mengamankan aliran modal agar tidak keluar dan nilai tukar.

"Gabungan tersebut memiliki dampak yang merugikan bagi prospek pertumbuhan global. IMF terus merevisi turun pertumbuhan global, khususnya untuk tahun 2023, dari 3,8% pada Januari menjadi 2,7% pada Oktober 2022," terangnya.

Persoalan lain yang patut diperhatikan lebih serius adalah perubahan iklim. Meskipun banyak negara sepertinya kini kehabisan tenaga menyelesaikan persoalan yang ada. "Jika dibiarkan, perubahan iklim akan berdampak buruk, tidak hanya bagi perekonomian tetapi juga bagi masyarakat. Kita saksikan bersama bahwa bencana terkait perubahan iklim telah melanda beberapa negara, berupa kekeringan parah, kebakaran hutan dan banjir," jelas Luky.

"Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan dan penghidupan masyarakat. Dengan demikian, mengatasi risiko terkait perubahan iklim menjadi penting karena tidak hanya menyelamatkan manusia, tetapi juga menciptakan peluang sebagai sumber baru pertumbuhan berkelanjutan dari pengembangan ekonomi hijau," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sepertiga Dunia Resesi, RI Bakal Kena Dampak Seperti Ini!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular