Duh! Ancaman Bagi RI, Ekspor China Diramal Jatuh Makin Dalam

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
05 December 2022 21:10
Aktifitas kapal ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/3/2021). Bandan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan ekspor dan impor tecatat US$ 15,27miliar atau mengalami kenaikan 8,56% dibandingkan pada Februari 2020 (year-on-year/YoY) yang mencapai US$ 14,06 miliar. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Ekspor- Impor (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor dan impor China diprediksi akan melanjutkan kontraksi di bulan November 2022. Menyusul melemahnya permintaan global, gangguan produksi, dan berkurangnya permintaan di dalam negeri di tengah meluasnya pengendalian pandemi.

Ekspor November diprediksi anjlok 3,5% dari tahun sebelumnya, setelah turun 0,3% secara tahunan di bulan Oktober. Demikian proyeksi median sekitar 28 ekonom yang ikut dalam jajak pendapat Reuters. Jika terjadi, ini akan jadi kinerja terburuk ekspor China sejak Mei 2020. 

Rencananya, data aktual perdagangan China akan rilis pada Rabu, 7 Desember 2022. 

Penyebaran Covid-19 di pusat manufaktur, seperti Zhengzhou dan Guangzhou, disebut menambah beban bagi ekspor dan mengganggu rantai pasok.

Sementara itu, ekspektasi pelemahan ekonomi China kini jadi momok yang ditakutkan oleh Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya menyebut Amerika Serikat (AS) dan China tengah mengalami pelambatan ekonomi. Situasi di China, katanya, bahkan lebih berbahaya bagi perekonomian Indonesia.

"Oleh sebab itu 2023 betul-betul kita harus waspada saya setuju harus optimis tapi harus tetap hati-hati dan waspada. Yang pertama itu ekspor Indonesia tahun ini tahun lalu melompat jauh tapi hati-hati tahun depan bisa turun," ujar Jokowi saat berpidato di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) Rabu (30/11/2022).

Sementara Ekonom Senior Chatib Basri mengatakan Indonesia perlu khawatir dengan China sebab merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia. China merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia, nilainya sepanjang Januari - Oktober sebesar US$ 51,5 miliar dan berkontribusi 22,3% dari total ekspor.

"Saya itu sebetulnya, lebih khawatir dengan (dampak) ekonomi China, dibandingkan dengan ekonomi Amerika Serikat terhadap kita karena kalau China kena itu ekspor kita (Indonesia) kena beneran," kata Chatib pertengahan Oktober lalu.

Menurutnya, dalam jangka panjang ekonomi China akan mengalami new normal atau tidak akan tumbuh tinggi lagi.

"Mungkin long term growth-nya di sekitar 4%, jauh, (tapi) itu yang harus diantisipasi. Saya nggak bicara tahun ini, tapi long term growth-nya bisa ke arah sana," ungkapnya.

Impor Anjlok

Sementara itu, ekonom dalam jajak pendapat juga memperkirakan impor China di bulan November turun 6,0%. Ekspektasi penurunan yang lebih dalam dibandingkan Oktober yang turun 0,7% secara tahunan. Ini akan jadi  penurunan paling dalam sejak Mei 2020. 

Di mana, ekspor Korea Selatan, salah satu indikator utama kinerja impor China, dilaporkan anjlok 25,5% secara tahunan di bulan November 2022. Melanjutkan penurunan 6 bulan berturut, terburuk sejak Mei 2009.

Jajak pendapat itu memperkirakan, surplus perdagangan China anjlok ke US$78,1 miliar, dari posisi bulan Oktober yang sebesar US$85,15 miliar.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai Warga China Jual Barang Mewah yang Dimiliki, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular