
Kementerian BUMN Dorong 2 Anak Usaha Pertamina IPO di 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong dua anak usaha PT Pertamina (Persero) yang akan mencatatkan saham perdana ke publik (Initial Public Offering/ IPO) di bursa saham pada 2023 mendatang.
Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, Kementerian mendorong agar PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), bagian dari Subholding Power & New Renewable Energy Pertamina, dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina, untuk melantai di bursa saham pada tahun depan.
"Jadi, salah satu anak perusahaan yang kita harapkan bisa dikembangkan ke depannya melalui pasar modal adalah melalui PGE, sebuah perusahaan basis EBT (Energi Baru Terbarukan). Kemudian, yang sedang kita review dan lihat saat ini adalah Pertamina Hulu Energi," ungkapnya dalam program Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (05/12/2022).
Pahala mengatakan, IPO PGE merupakan salah satu inisiatif Kementerian BUMN agar bagaimana Pertamina bisa melakukan unlock value, guna mengejar target nilai kapitalisasi pasar Pertamina bisa menembus US$ 100 miliar.
"Kita berharap ada beberapa yang dalam pipeline kita. Jadi, kalau kita lihat saat ini PGE atau Pertamina Geothermal masih merupakan satu inisiatif dari kita di Kementerian BUMN untuk bagaimana Pertamina bisa istilahnya melakukan unlock value, merealisasikan karena visi kita bagaimana Pertamina suatu hari memiliki nilai kapitalisasi sebesar US$ 100 billion," paparnya.
Sementara rencana IPO PHE menurutnya karena PHE merupakan perusahaan di bidang hulu minyak dan gas bumi yang berkinerja baik, terutama saat harga minyak dan gas bumi melejit saat ini.
"Kemudian, yang sedang kita review dan lihat saat ini adalah Pertamina Hulu Energi, sebuah perusahaan upstream. Memang kita lihat saat ini dengan harga minyak saat ini yang cukup baik, ini juga miliki potensi bagi PHE untuk bisa mengkaji misal mereka memperoleh modal dari pasar modal," tuturnya.
Meski tidak menyebut secara pasti kapan IPO akan dilakukan, namun pihaknya berharap IPO ini bisa dilakukan pada Triwulan I dan Triwulan II 2023 mendatang. Dia menyebut, waktu pelaksanaan IPO akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi, termasuk kondisi pasar bursa saham di Amerika Serikat dan Eropa.
"Kita perlu lihat lebih dalam lagi bagaimana dengan kondisi bursa, kemudian kondisi ekonomi di Amerika Serikat pengaruhnya pada pasar modal di AS dan Eropa juga kan, sampai dengan saat ini kalau kia lihat pasar modal kita juga cukup banyak pendanaan yang berasal dari kedua wilayah tersebut. Jadi kita perlu lihat bagaimana outlook dan bagaimana sentimen market kedua pasar tersebut dan perkembangan kondisi ekonomi di keduanya.
"Tapi di awal tahun lah. Jadi harapannya kita memang beberapa inisiatif untuk bisa melakukan penawaran saham kepada publik. Ini kita harapkan di triwulan pertama dan triwulan kedua 2023 nanti," ucapnya.
Selain kedua anak usaha Pertamina tersebut, Kementerian BUMN menurutnya juga mendorong IPO BUMN di bidang pangan.
"Kemudian beberapa yang lain di sektor pangan sebetulnya kalau kita lihat dan harapkan bisa lakukan unlock value masuk ke bursa," ucapnya.
Seperti diketahui, Kementerian BUMN sempat menargetkan IPO PGE bisa dilakukan pada 2022 ini. Namun hingga kini masih belum terealisasi.
Pahala sebelumnya mengungkapkan pihaknya berharap, dalam proses IPO ini PGE bisa mendapatkan 20% - 25% dari total saham outstanding.
Menurutnya, PGE akan menjadi emiten pertama yang memiliki bisnis di pembangkit listrik panas bumi. Nilai penawaran IPO saham PGE diperkirakan lebih dari nilai emisi IPO PalmCo, yang di gadang-gadang mencapai Rp 10 triliun. Namun, Pahala masih enggan menyebutkan nilai emisi IPO PGE.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! 40% Kapasitas Panas Bumi Dunia Ternyata ada di RI
