Lonceng Kematian Pabrik Tekstil RI, Pangkas 100.000 Orang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemutusan hubungan kerja (PHK) masih terus berlanjut. Industri padat karya di dalam negeri, termasuk tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini jadi korban krisis yang melanda dunia.
Inflasi tinggi di negara-negara tujuan ekspor memicu penurunan dan pembatasan order ke pabrik-pabrik TPT di Tanah Air.
Akibatnya, terjadi penurunan kapasitas produksi. Hingga menyebabkan efisiensi karyawan, dengan merumahkan bahkan PHK.
"Perumahan karyawan masih terus terjadi," kata Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (3/12/2022).
"Pengurangan karyawan sudah di atas 100 ribu. Ada yang dirumahkan, dikurangi jam kerja, pemutusan kontrak, hingga PHK," tambahnya.
Kondisi itu, ujarnya, terjadi di industri tekstil dari hulu ke hilir.
"(Lokasinya) Jawa Barat dan Jawa Tengah," kata Redma.
Gejala merumahkan karyawan ini sudah berlangsung sejak bulan lalu. Redma mengatakan, kapasitas produksi pabrik TPT terus turun bahkan sampai 50% dan dikhawatirkan berlanjut sampai tahun 2023.
[Gambas:Video CNBC]
PHK Massal Diramal Berlanjut, di Sini Sudah Korban 19.000-an
(dce)