Ada Harapan, Neraca Perdagangan RI Tetap Surplus di 2023

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
02 December 2022 12:05
Pekerja melakukan pendataan bongkar muat kontainer peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid - 19 dinilai lebih cepat dari yang diekspektasi banyak pihak. Sehingga produksi dan perdagangan melonjak signifikan yang membuat ketidakseimbangan pasar, yang berimbas pada kekurangan bahan baku dan kelangkaan kontainer.. (CNBC Indonesia/ Muhammad Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia masih bisa surplus hingga 2023. Ini meskipun pertumbuhan ekonomi global dalam tren yang melambat karena tingginya inflasi dan agresifnya kenaikan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara, khususnya negara maju.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, meskipun perkiraan surplus neraca perdagangan ini masih akan terjadi hingga 2023, namun besarannya akan lebih rendah dibandingkan posisi surplus pada 2021 dan 2022.

"Dari ekspor meski tidak sebesar yang lalu artinya dari neraca perdagangan kita masih perkirakan surplus meski tidak setinggi 2021 - 2022," kata Dody dalam acara Siniar Prospek Perekonomian dan Arah Bauran Kebijakan Bank Indonesia 2022, Jumat (2/11/2022).

Pada 2021, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$35,34 miliar. Sementara itu, untuk tahun ini, periode Januari - Oktober 2022 saja sudah mencapai US$ 45,52 miliar.

Menurut Dody, surplus neraca perdagangan itu ke depannya akan menopang laju pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 sebesar 4,5-5,3%, bersama dengan tingkat konsumsi rumah tangga yang terjaga dan arus investasi yang terus masuk ke dalam negeri.

"Mungkin ekspor melambat jelas karena globalnya menurun tapi mungkin konsumsi, investasi, sudah mulai bangkit karena mobilitas masyarakat relatif sudah kembali normal," ucap Dody.

Di samping itu, dari sisi inflasi kata dia juga pada tahun depan akan kembali menurun sesuai sasara 3% plus minus 1%. Hingga November 2022, inflasi berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) masih di posisi 5,42%, turun dari catatan Oktober 2022 sebesar 5,71%.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! 33 Bulan Beruntun, Neraca Dagang RI Surplus US$ 3,87 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular