Dunia Kacau Balau, Industri RI Ini Ungkap Alasan Tetap Pede

News - Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
01 December 2022 16:55
Pekerja menyelesaikan pembuatan mebel di kawasan Daanmogot, Tangerang, Banten, Jumat (18/2/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Pekerja menyelesaikan pembuatan mebel di kawasan Daanmogot, Tangerang, Banten, Jumat (18/2/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri padat karya di Tanah Air mengaku megap-megap dalam beberapa bulan terakhir akibat penurunan bahkan pembatalan order di pasar tujuan ekspor. Hingga memicu anjloknya produksi lalu harus melakukan perampingan karyawan. 

Namun, ternyata berbeda dengan industri furnitur. Meski ada penurunan order, pelaku bisnis mebel Tanah Air mengaku masih optimistis. Pasalnya, sudah mulai ada sinyal kembalinya permintaan dari pembeli ekspor. 

Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Heru Prasetyo mengungkapkan, terjadi penurunan permintaan mebel sekitar 2-3%.

"Memang month to month-nya (mtm/ bulanan) turun di akhir September ini. Tapi mudah-mudahan year on year (yoy/ tahunan) setidaknya tidak drastis lah. Mungkin sekitar 2-3% penurunannya," kata Heru kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/12/2022).

Di sisi lain, dia optimistis permintaan akan kembali membaik karena sudah ada sinyal dari calon pembeli. 

"Desember saya pikir, tidak mungkin ada peningkatan signifikan. Cuman kami punya keyakinan di Februari itu mulai naik lagi. Karena, sekarang banyak buyer yang sudah mulai persiapan untuk pembelian," jelasnya.

Menurut Heru, penurunan permintaan di bulan September lalu dipicu tingkat kepercayaan diri pasar yang melemah karena khawatir stok menumpuk. 

"Ini sudah mulai ada lagi permintaan meskipun tidak se-signifikan dengan tahun lalu. Jadi, cancel order-nya itu di September, Oktober, tapi di Desember ini mulai ada lagi permintaan," lanjut Heru.

Menurutnya, pasat mebel terbesar RI adalah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. 

Karena permintaan dari Uni Eropa sedang melemah, imbuh dia, konsumen di dalam negeri jadi harapan. Dia pun berharap konsumen di dalam negeri lebih mengutamakan pembelian furnitur buatan produsen lokal. Termasuk, lanjutnya, untuk belanja pengadaan barang dan jasa pemerintah.

"Memang ekspornya turun, itu sudah pasti. Makanya, kalau di industri mebel sendiri meminta pemerintah untuk pengadaan bangku dan furnitur dalam negeri. Supaya tidak impor lagi," ujarnya.

Di saat bersamaan, Heru menambahkan, industri mebel nasional tengah menjajaki potensi pasar ekspor ke India. 

"Kemarin itu kita gempurnya ke Eropa dan AS terus, padahal India ini juga cukup besar. Negara nomor 3 perekonomian di dunia dan populasinya hampir mengalahkan China. Ini pasar potensial yang memang kita harus pikirkan untuk kita garap," pungkas Heru.

Seperti diketahui, Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan perekonomian Indonesia pada 2023 akan baik-baik saja, meskipun situasi dunia diramal masih gelap. Di mana ekonomi dunia tahun depan diprediksi melambat hingga ke level 1,1-2,8%.

Hal itu dipicu permasalahan yang terus terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk ketegangan geopolitik antar negara.

"Pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat pada 2023. Jadi kalau kita lihat ini global economic growth projection, kalau keadaan memburuk bisa begini turun (1,1%), tapi kalau confidence kita kira-kira 2,7%," kata Luhut dalam acara Wealth Wisdom di Pacific Place, Jakarta, Selasa (29/11/2022).

Kondisi-kondisi tersebut tentu akan mempengaruhi kinerja ekspor dan impor di Indonesia. Selain itu, dengan melemahnya permintaan di tingkat global maka turut berimplikasi pada menurunnya kinerja industri berorientasi ekspor di Tanah Air. Ini berpotensi mengikis pendapat kelas pekerja di dalamnya.


[Gambas:Video CNBC]

(dce)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
Artikel Terkait
Baca Juga
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading