PTBI 2022

Biang Kerok Rupiah Anjlok, Bos BI: Dolar AS Sangat Kuat!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
30 November 2022 12:08
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo Saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022. (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo Saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022. (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, akan terus mewaspadai permasalahan ekonomi terkini, salah satunya adalah terus menguatnya dolar Amerika Serikat (AS).

"Dolar AS sangat kuat, strong dolar. Tekanan depresiasi nilai tukar negara lain termasuk terhadap rupiah," jelas Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022, Rabu (30/11/2022).

Selain menguatnya dolar AS, kata Perry ada empat hal lain yang akan diwaspadai dari prospek ekonomi global.



Keempat hal tersebut diantaranya prospek ekonomi global, pertumbuhan ekonomi menurun, resesi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa yang meningkat, serta inflasi yang tinggi karena harga energi dan pangan global.

Perry juga khawatir adanya penarikan dana investor global yang mengalihkan ke aset likuid karena risiko yang tinggi.

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah melemah 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin. Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.740/US$, melemah 0,13% di pasar spot.

Sepanjang tahun ini (year to date/ytd) rupiah tercatat melemah lebih dari 9%, kini menjadi salah satu yang terburuk di Asia. Padahal, pada September lalu pelemahan rupiah menjadi salah satu yang terendah, hanya kalah dari dolar Singapura.

Pelemahan rupiah kini lebih besar dari baht Thailand dan ringgit Malaysia yang melemah masing-masing 7% sepanjang tahun ini. Bahkan masih lebih buruk dari rupee India yang melemah 8,8%.



Selisihnya dengan yuan China juga tidak terlalu besar, sehingga jika terus melemah rupiah berisiko menjadi salah satu yang terburuk di Asia.

Terpuruknya nilai tukar rupiah bisa memberikan dampak besar, mulai dari risiko kenaikan inflasi, membengkaknya beban impor migas, hingga beban utang dalam pemerintah dan korporasi dalam bentuk dolar AS.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai Tukar Dolar AS Buat Bayar Utang Sampai Bangun Rumah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular