
Gawat Harga Ayam Meroket, Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga daging ayam ras sampai dengan telur ayam masih melanjutkan tren tinggi.
Dilansir dari hargapangan.id, rata-rata nasional harga telur ayam per 25 November berada di level Rp 31.250 per kilogram. Sementara, harga daging ayam ras juga mengalami kenaikan sepekan ini, rata-rata nasional harga daging ayam ras berada di level Rp 41.000 per kilogram.
Namun ternyata, Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Pardjuni menyebutkan, kenaikan harga tersebut ada kemungkinan permainan dari pedagang yang mengambil keuntungan banyak.
"Ini sebenarnya kalau di pasar sampai harga Rp 41 ribu per kilogram, itu berarti yang mengambil keuntungan terbanyak adalah pedagang," ujar Pardjuni kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/11/2022).
"Pedagangnya mengambil keuntungan lebih banyak. Karena saya sendiri aja itu selama 4 bulan terakhir belum pernah menjual ayam menyentuh harga di level Rp 30 ribu per kilogram," katanya.
Sebab, jika dihitung dengan rumus yang ada, jika harga ayam hidup yang dijual di peternak saat ini seharga Rp 18 ribu, harga daging ayam di pasaran seharusnya berada di level Rp 30 ribu.
"Kalau kita beli ayam di kandang dengan harga Rp 18 ribu, kita menggunakan faktor pengali 1,6 itu sudah menyangkut biaya transport, biaya penyusutan, dan lain sebagainya. Sehingga, jatuhnya kalau harga Rp18 ribu hanya sekitar Rp30 ribu (di pasar). Berarti yang ngambil keuntungan tinggi adalah pedagang," tukasnya.
Sementara itu, terkait dengan harga telur ayam ras yang juga melambung, menurut Pardjuni hal itu karena persediaan telur ayam saat ini masih sedikit atau belum bisa memenuhi kebutuhan dari permintaan.
"Tapi kalau petelur, karena memang pasokannya sedikit kebutuhannya banyak, harganya meningkat. Nah, saat ini ayam petelur (harganya) antara sekitar Rp 25-27 ribu di tingkat peternak," ungkapnya.
Menurut Pardjuni, harga telur ayam di pasaran saat ini masih terbilang aman. Namun, ia mengimbau pemerintah terus mengontrol harga jualnya di bawah.
Jika memang ada laporan harga telur ayam yang tidak wajar, Pardjuni menyarankan pemerintah menurunkan Satgas Pangan untuk melihat langsung seberapa banyak para pedagang tersebut mengambil keuntungan.
"Kekhawatiran pemerintah akan alasannya inflasi. Tetapi inflasi yang dilihat ini di tingkat konsumen, bukan di tingkat produsen. Karena di tingkat konsumen yang bermain itu pedagang. Sedangkan di produsen ini dipermainkan oleh pedagang tadi," pungkasnya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Daging Ayam Sampai Cabai Naik Brutal di Jakarta