
Eks Menkeu Bocorkan Biang Kerok Defisit APBN di Akhir 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro mengungkapkan penyebab anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada Oktober 2022 yang berbalik defisit, setelah sebelumnya sejak awal tahun hingga September 2022 mencetak surplus beruntun.
Bambang menjelaskan, defisit APBN pada Oktober 2022 yang sebesar 0,91% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau sebesar Rp 169,5 triliun sebetulnya hal yang wajar karena dari awal pemerintah telah mendesain fiskal Indonesia dalam kondisi defisit sebesar 3,92% atau dari mulanya 4,95%.
"Sebenarnya kalau APBN defisit kan memang desain dari awal defisit. Kita sudah tahu ketika pemerintah dengan DPR sepakat itu 2022 akan ada target defisit sekian maksimal," kata Bambang dalam Program Closing Bell, CNBC Indonesia, seperti dikutip Senin (28/11/2022).
Menurut Bambang, defisit yang baru terjadi pada Oktober 2022 ini adalah pengecualian. Terutama dipengaruhi oleh harga-harga komoditas yang masih tinggi dan terjaganya pemulihan ekonomi dunia pasca Pandemi Covid-19.
Tapi, Bambang mengingatkan, pola defisit yang terjadi akhir tahun ini cenderung disebabkan lonjakan harga minyak dunia yang masih terus terjadi, sehingga selisih impor minyak dengan besaran harga jual dalam negeri harus ditanggung pemerintah untuk mengurangi tekanan harganya ke masyarakat.
"Karena ada subsidi yang melonjak akibat kenaikan harga minyak internasional yang selisihnya menjadi jauh dengan yang sudah diasumsikan dalam APBN," ujar Bambang.
Faktor kedua, dia melanjutkan, defisit menjelang akhir tahun ini terjadi karena memang pemerintah selalu membayarkan banyak tagihan-tagihan yang ada. Misalnya membayar tagihan kompensasi BBM maupun listrik kepada BUMN yang menjalankan.
"Pengeluaran yang memang harus dilakukan sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap pihak ketiga yang memberikan jasa, yang sudah melakukan pekerjaan yang diminta pemerintah," ucap Bambang.
Di luar itu, Bambang menilai, defisit Oktober 2022 masih menggambarkan potensi besarnya penerimaan negara hingga akhir tahun, khususnya penerimaan pajak. Pendapatan negara sendiri secara keseluruhan telah mencapai Rp 2.181,6 triliun sampai dengan Oktober 2022.
Penerimaan pajak PPh nonmigas per Oktober 2022 sudah mencapai Rp 784,4 triliun atau 104,7% target. Begitu pula penerimaan pajak PPh migas sebesar 105,1% target atau mencapai Rp 67,9 triliun. Dengan begitu, penerimaan pajak sudah Rp 1.448,2 triliun atau 97,5% dari target 2022.
"Intinya saya masih melihat bahwa perkiraan saya di tahun ini penerimaan pajaknya bisa mencapai sasaran sehingga defisitnya bisa dikurangi tapi kondisinya ya memang defisit. Kecuali kita suatu saat punya anggaran yang berimbang bahkan surplus," kata Bambang.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Lapor ke DPR: APBN Semester I-2024 Tekor Rp77,3 T