Ahli: Gempa Cianjur Cuma Kalah Dari Efek Bom Atom
Jakarta, CNBC Indonesia - Ahli Geologi, Awang Harun Satyana mengatakan bahwa energi daya rusak akibat gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) lalu hanya kalah dengan kekuatan ledakan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, pada 6 Agustus 1945 saat Perang Dunia kedua (PD II).
"Gempa dengan kekuatan M5,6 termasuk moderat. Energi daya rusaknya kira-kira sama dengan di atas rata-rata bencana tornado yang suka melanda Amerika Utara, tetapi masih di bawah kekuatan ledakan bom atom yang dijatuhkan tentara sekutu di Hiroshima pada Perang Dunia II yang kira-kira ekivalen dengan gempa sekuat 6,2 SR," sebut Awang melalui pernyataan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Sabtu (26/11/2022).
Awang mengatakan, gempa berkekuatan moderat yang menyebabkan kerusakan parah di Cianjur tersebut dipicu oleh sejumlah hal, yaitu pusat gempa hanya berjarak 10 KM, wilayah lereng dan kaki gunung yang bukan area stabil, tanah hasil pelapukan endapan gunung api yang belum cukup terkonsolidasi, hingga konstruksi bangunan yang tidak tahan gempa.
Ahli Geologi asal Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran ini mengatakan, para ahli geologi sempat menduga bahwa gempa Cianjur disebabkan oleh aktivitas Sesar Cimandiri. Disebutkan, Sesar Cimandiri merupakan jalur sesar besar yang memanjang hampir 100 km terbagi ke dalam segmen-segmen sesar melintasi wilayah kabupaten-kabupaten Sukabumi, Cianjur, dan Bandung.
Hingga Jumat (25/11/2022) sore, melalui akun Instagram resminya Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) melaporkan bahwa terdapat 310 korban jiwa, dan 39 orang dalam proses pencarian, 2.045 orang luka-luka, dan 62.545 orang mengungsi akibat peristiwa ini.
Selain itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, sebanyak 363 sekolah, 144 tempat ibadan, 3 unit fasilitas kesehatan, dan 16 gedung perkantoran rusak.
(RCI/dhf)