Ekonomi RI Mulai Melambat, KTT G20 Bali Gak Bantu Banyak!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Selasa, 22/11/2022 18:50 WIB
Foto: AP/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Perhelatan KTT G20 di Bali yang telah mendatangkan banyak janji investasi dari berbagai macam negara anggota, diyakini tidak terlalu berdampak secara keseluruhan ke ekonomi nasional.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Ekonom BCA David Sumual kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (22/11/2022).

"Tidak terlalu signifikan dampak perhelatan KTT G20 terhadap ekonomi nasional, tapi cukup signifikan bagi ekonomi Bali. Growth bisa sekitar 8% hingga 10% pada kuartal IV-2022," jelas David.



Sementara jika dihitung berdasarkan kontribusi ekonomi Bali terhadap keseluruhan ekonomi nasional, hanya menyumbang 1,2%.

"Porsi ekonomi Bali terhadap nasional kecil hanya 1,2%. Jadi KTT G20 tidak terlalu berdampak ke ekonomi nasional," kata David lagi.

Adapun, David memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2022 hanya akan tumbuh pada kisaran 5% sampai 5,5% secara tahunan (year on year/yoy).

Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2022 yang diperkirakan mencapai 5% - 5,5% (yoy) tersebut akan sedikit melambat dibandingkan dengan kuartal III-2022 yang tumbuh 5,72% (yoy).




Seperti diketahui, para pemimpin negara anggota G20 telah menyepakati deklarasi bersama dalam pertemuan puncak atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 Indonesia yang berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022.

Beberapa kesepakatan tersebut diantaranya, penguatan arsitektur kesehatan global yang terkumpul lebih dari US$ 1,5 miliar yang berasal dari 21 negara anggota G20 dan non G20, serta 3 lembaga filantropi.

Juga terjadinya kesepakatan membantu ketersediaan pembiayaan bagi negara-negara rentan dan miskin, melalui pembentukan Resilience and Sustainability (RST) oleh IMF yang sudah mencapi US$ 81,6 miliar.

Serta ada pula kesepakatan komitmen pendanaan hingga US$ 20 miliar atau sekira Rp 311 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per US$) dari negara-negara maju tergabung dalam G7, termasuk dari Amerika Serikat (AS). Kendati demikian, belum jelas apakah ini merupakan dana hibah atau pemberian utang.


(cap/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AMRO Ungkap Risiko Pembengkakan Rasio Utang RI Terhadap PDB