Resep Eks Menteri Jokowi Bikin Manufaktur RI Jadi Raja Dunia!

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
21 November 2022 16:40
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bambang Brodjonegoro, eks Menteri Keuangan membagikan tiga resep utama industri manufaktur domestik dapat bersaing secara global. Apalagi, industri manufaktur bisa menjadi mesin pertumbuhan yang sangat menjanjikan.

"Kunci keberhasilan industrialisasi suatu negara adalah kalau negara itu berhasil membangun industri yang kompleks, yang susah, bukan yang gampang," kata Bambang dalam Indonesia Development Forum 2022: Knowledge and Initiate Session, Senin (21/11/2022).

Menurut Bambang, saat ini Indonesia masih bertahan pada industri garmen yang tingkat kompleksitasnya menengah, sedangkan negara tetangga seperti Korea Selatan, Cina, Malaysia, dan Thailand mengembangkan industrinya ke tingkat yang lebih kompleks seperti mesin dan elektronik.

"Perbandingan beberapa negara Korea Selatan (Korsel), Cina, Malaysia, Thailand, pada intinya mengatakan barangkali yang membuat industrial kita tidak secepat atau sesukses negara tetangga kita, karena kita stuck di garmen, sedangkan negara lain melaju terus dengan industri elektronik," tambahnya.

Oleh karena itu, dalam paparannya, Bambang memberikan 3 kunci utama yang harus dilakukan industri manufaktur Indonesia agar dapat naik level. Pertama, meningkatkan kompleksitas produk yang dihasilkan.

Menurut Bambang, industri manufaktur harus lebih berfokus untuk meningkatkan kualitas produk dengan meningkatkan kompleksitas dalam produksinya.

Selain itu, harus terus berinovasi menciptakan produk-produk baru dengan memanfaatkan kompleksitas teknologi sehingga bisa menjadi salah satu produsen inti dari kebutuhan dunia.

"We have to increase quality of product in terms of the complexity of the product. Contohnya upstream ke downstream, Indonesia punya cadangan nikel terbesar dunia bersama Australia," katanya.

Kalau kita hanya menggali nikel menjual nikel itu tingkat kompleksitasnya sangat rendah, basically nggak ada teknologi cuma gali tanah, makanya ditingkatkan kompleksitasnya, mulai dengan feronikel, dengan smelter menghasilkan feronikel," katanya

Dia juga menambahkan peluang besar industri untuk memanfaatkan nikel yang saat ini sedang dibutuhkan dunia untuk melakukan transisi energi.

"Tentunya nggak boleh berhenti di situ, mumpung kita punya nikel kita bisa jadi one of the main producers dari produk nikel yang paling sophisticated maju sampai stainless steel," jelasnya.

Kedua, memperkuat riset dan pengembangan. Menurut Bambang alasan industri manufaktur Indonesia masih kalah dari Korsel dan Cina karena masih sebatas merakit barang belum mengembangkan hasil produksi.

Oleh karena itu, dia mendorong industri untuk memberikan perhatian pada riset dan pengembangan produk agar terus bisa berinovasi menghasilkan produk yang beragam dan menjawab kebutuhan pasar.

"Untuk mendukung kompleksitas itu apa yang menunjang? Ketika di riset dan teknologi saya baru sadar kenapa industrialisasi kita tidak secepat Korsel dan Cina, ternyata karena kita lebih banyak pada assembly, tukangnya," katanya.

Dia memberikan contoh bagaimana salah satu perusahaan pengolahan makanan di Indonesia yang memanfaatkan RnD sehingga terus berinovasi dan memproduksi berbagai produk.

"Satu yang saya perhatikan adalah di food processing. Kenapa industri pengolahan makanan lumayan bagus posisinya? Karena mereka spent uang yang tidak sedikit untuk RnD, jadi mereka selalu come up dengan new product, meskipun kadang-kadang simple, kelihatannya simpel tapi itu menggunakan riset," katanya.

Ketiga, fokus pada branding. Bambang juga menceritakan salah satu alasan produsen garmen besar dunia bisa menguasai pasar produk mode padahal tidak memiliki pabrik di negaranya adalah karena keberhasilan mereka dalam mengkolaborasikan branding dan produk development.

"Satu hal yang masih menggelitik saya dalam manufacturing garmen adalah yang menguasai garmen dalam konteks retail skala luas adalah produk yang datang dari negara yang saya yakin nggak punya pabrik garmen karena upah buruhnya sudah sangat mahal, satu dari Jepang Uniqlo, satu dari Swedia, HnM dan satu lagi Zara dari Spain, nggak mungkin punya pabrik garmen dari skala karena upah buruhnya sudah sangat mahal," ujarnya.

"Tapi kenapa mereka merajalela dalam retail, sangat kompetitif dan sangat diminati oleh kalangan muda, simply karena branding dan product development jadi kombinasi ini yang membuat meskipun itu Swedia penduduknya sedikit upah pekerjanya mahal, tapi mereka punya HnM produsen garmen yang diminati masyarakat dunia," tambahnya.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Kiamat' Pabrik Garmen di Depan Mata, PHK Merajalela

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular