Mantan Menkeu Beri Warning Soal Neraca Pembayaran RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Menteri Keuangan 2014-2016 Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit di kuartal 3 bisa diatasi dengan memperkuat ekspor di sektor jasa.
Menurutnya, meningkatkan ekspor jasa dapat memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang selama ini terlalu berfokus pada neraca barang.
"Ini yang selama ini agak kurang kita perhatikan, ekspor sektor jasa, karena kalau balance of payment (BOP) kita, neraca pembayaran kita, terus terang kita selalu terpaku apa lagi kalau BPS mengumumkan setiap bulan selalu hanya terpaku pada trade balance. Bicara neraca barang, nggak pernah menerbitkan perhatian khusus ke ekspor impor jasa," ujar Bambang dalam Indonesia Development Forum 2022: Knowledge and Initiate Session, Senin (21/11/2022).
Menurutnya, selama ini pemerintah terlalu bergantung pada neraca modal untuk membantu menutupi kondisi neraca perdagangan yang menurun. Padahal, di kondisi sekarang saat arus modal banyak lari ke Amerika Serikat, hal ini tidak bisa diandalkan.
"Padahal yang terjadi di dalam BOP kita, kita boleh punya surplus yang besar di neraca perdagangan tapi biasanya kita selalu defisit di neraca jasa, sehingga jika neraca perdagangan kita tidak terlalu besar, current account kita, neraca transaksi berjalan kita negatif, nah kalau ini negatif harus ditutup dengan surplus yang lumayan di neraca modal yang mengandalkan foreign direct investment (FDI) serta arus modal di pasar saham maupun obligasi," tambahnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan pada kuartal 3 tahun ini, NPI mengalami defisit US$ 1,3 miliar. Nilai ini turun dari kuartal sebelumnya yang dilaporkan surplus sebesar US$ 2,39 miliar. Hal ini terjadi karena besarnya defisit transaksi finansial terutama untuk investasi portofolio. Menurut Bambang, ini terjadi sebagai respon dari meningkatnya suku bunga di Amerika Serikat sehingga modal banyak berpindah ke sana.
"Nah kalau kejadian seperti sekarang, tingkat bunga tinggi di Amerika semua lari ke safe haven yang di bawah ini transaksi modal, makanya di triwulan 2 BOP kita kasih surplus tapi triwulan 3 BOP kita jadi defisit, meskipun neraca transaksi berjalannya masih surplus tapi surplusnya tidak sebesar defisit yang terjadi di modal, jadi modal ini siap keluar masuk," paparnya.
Oleh karena itu, Bambang mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian besar pada ekspor sektor jasa. Dia mencontohkan hal ini telah dilakukan oleh Korea Selatan lewat Korean Pop (K-Pop) dan drama koreanya, dimana hiburan menjadi ekspor utama Negeri Ginseng tersebut. Indonesia bisa belajar dari sana, menurutnya Indonesia bisa memanfaatkan kebudayaan dan pariwisata untuk menyelamatkan neraca jasa tersebut.
"Nah supaya lebih kuat kita harus perbaiki neraca perdagangan jasa, jadi tidak hanya barang. Jadi ide yang disampaikan Prof Hausmann sangat tepat kita harus mulai mengeksplor apa yang bisa kita ekspor dari sektor jasa," ujarnya.
(haa/haa)