Kontrak Belum Diperpanjang, Proyek Gas BP Bakal Molor Lagi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan perusahaan migas asal Inggris, BP, telah mengajukan proses perpanjangan kontrak migas lebih awal untuk proyek LNG Tangguh.
Padahal, kontrak mereka di proyek LNG Tangguh yang mencakup Wilayah Kerja (WK) atau Blok Wiriagar, Berau dan Muturi masih berlaku sampai 2035 mendatang. Artinya, masih ada waktu 13 tahun lagi hingga kontrak ini berakhir.
Kendati demikian, sampai saat ini usulan perpanjangan Kontrak Kerja Sama (Production Sharing Contract/ PSC) tersebut belum disetujui Pemerintah Indonesia.
Sementara itu, kini BP tengah memfinalisasi pembangunan Train 3 Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek Train 3 Tangguh ini ditargetkan beroperasi pada kuartal I 2023.
Namun, dengan belum disetujuinya perpanjangan PSC ini, apakah proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh ini berpotensi mundur lagi?
Praktisi Minyak dan Gas Bumi (Migas) dan Ketua Alumni Teknik Perminyakan ITB Hadi Ismoyo menilai pengerjaan proyek Train 3 Kilang gas alam cair (LNG) Tangguh, Papua Barat, yang dikelola BP diprediksi bisa mundur kembali.
Hal tersebut menyusul belum diberikannya kepastian perpanjangan kontrak untuk proyek LNG Tangguh yang mencakup Wilayah Kerja (WK) atau Blok Wiriagar, Berau dan Muturi yang akan berakhir pada 2035 mendatang.
"Saya pikir demikian. Karena investor butuh kepastian investasi dengan IRR (Internal Rate of Return) yang baik dan memadai," kata dia kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/11/2022).
Menurut Hadi, keputusan BP untuk mengajukan perpanjangan kontrak untuk proyek LNG Tangguh lebih awal karena mempertimbangkan berbagai faktor. Mengingat, pengembangan di sektor gas membutuhkan kepastian komitmen investasi jangka panjang.
Ia menilai komitmen investasi dengan ukuran besar seperti proyek Tangguh membutuhkan jaminan pengembalian investasi dan profit yang ekonomis. Sementara dengan perhitungan deliverability gas sampai dengan 2035 proyek dinilai tidak ekonomis.
"Sehingga perlu tile production beyond current PSC Life. Dengan kata lain kontraktor butuh extension block tersebut," ungkap Hadi.
Namun, jika mengacu pada Peraturan Menteri ESDM nomor 23 tahun 2021 tentang pengelolaan WK migas, cukup sulit bagi BP mendapat perpanjangan kontrak. Pasalnya, dalam aturan tersebut disebutkan permohonan perpanjangan kontrak kerja sama (KKS) disampaikan paling cepat 10 tahun dan paling lambat 2 tahun sebelum KKS berakhir.
Meskipun, pada ayat 4 disebutkan perpanjangan KKS dapat disampaikan lebih cepat dari batas waktu 10 tahun sebelum KKS berakhir untuk kontraktor yang telah terikat dengan kesepakatan jual beli gas bumi.
Ini artinya, BP baru bisa mengajukan perpanjangan kontrak (PSC) paling cepat di 2025 atau bisa lebih cepat jika telah memiliki ikatan perjanjian jual beli gas bumi dengan pembeli.
"Sesuai regulasi yang saya tahu, bahwa pembicaraan untuk block extension itu bisa dimulai 10 tahun sebelum kontrak berakhir. Seharusnya 2025," kata Hadi kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/11/2022).
Lebih lanjut, ia menyadari saat ini pemerintah sedang berbenah dalam memperbaiki iklim investasi migas. Mengingat, produksi minyak dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Demikian juga dengan kegiatan eksplorasi yang masih belum melaju dengan kencang sebagai pilar produksi migas yang akan datang. Karena itu, pemerintah memang membutuhkan big player untuk kembali berinvestasi di kegiatan eksplorasi dan produksi di Indonesia.
"Perusahaan sebesar BP itu portofolionya global, jadi kalau term fiskal kita tidak menarik, ya mending mereka investasi di negara lain," kata dia.
Terpisah, Pengamat Energi Salis S. Aprilian menilai perpanjangan kontrak lapangan gas biasanya terkait kontrak jual-beli gas yang berjangka panjang. Apalagi jika gas tersebut harus dijadikan LNG terlebih dahulu yang memerlukan investasi besar dan pengembalian jangka panjang.
"Blok Tangguh merupakan penghasil LNG yg memiliki cadangan gas yang cukup besar. Maka wajar kalau kontraktor BP mengajukan kepastian kontrak jangka panjang," kata dia.
Menurut Salis, saat ini tergantung dari pemerintah dalam memutuskan, apakah ketentuan dalam kontraknya sama seperti yang ada sekarang ini atau bisa lebih fleksibel, sehingga menguntungkan kedua belah pihak.
Proyek Tangguh BP ini merupakan penghasil gas terbesar di Indonesia. Produksi gas bumi rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMSCFD, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMSCFD. Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.
Saat ini sedang dikembangkan proyek Train 3, dengan estimasi nilai investasi sebesar US$ 8,9 miliar dan akan menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Hasil produksi Train 3 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik termasuk untuk pembangkit listrik PT PLN (Persero). Proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini ditargetkan bisa beroperasi pada kuartal I 2023.
(wia/wia)