Ini Cara Pertamina Peroleh Pendanaan untuk Transisi Energi
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) memiliki ambisi untuk mencapai netral karbon atau Net Zero Emissions (NZE) sebelum 2060, atau lebih cepat dari target NZE Pemerintah Indonesia pada 2060.
Untuk mencapai target tersebut, Pertamina pun kini tengah berupaya menyusun strategi pendanaan. Strategi yang direncanakan pun fokus pada pengurangan karbon melalui pengurangan bahan bakar fosil yang menyumbang emisi karbon terbesar.
Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Emma Sri Martini menyebutkan, Pertamina sedang berfokus pada substitusi kontribusi pendapatan dari hasil fosil menuju ke green business atau bisnis hijau.
"Jadi kita berfokus namanya clean energy, bisa akses ke green financing terbuka lebar. Jangan lupa juga, Pertamina secara kontribusi revenue kita eksisting hari ini 86% masih kontribusi dari fossil fuel business. Dari atas revenue tersebut kita secara afirmatif akan alokasikan capex dan akan afirmasikan mencapai tadi green business," jelasnya kepada CNBC Indonesia di sela B20 Summit 2022 di Bali beberapa waktu lalu, yang ditayangkan dalam acara Squawk Box, Jumat (18/11/2022).
Emma menjelaskan, untuk bisa mengembangkan bisnis hijau, pihaknya akan melakukannya secara bertahap dan didanai melalui blended financing dan green financing.
"Bagaimana capexnya didanai ini tentunya akan dilakukan secara bertahap. Dengan kita mempunyai resources dan juga dengan distrukturkan secara project financing kita bisa akses kepada pendanaan-pendanaan namanya blended finance, green finance," tuturnya.
Emma melanjutkan, skema blended financing ini dilakukan dengan bekerja sama secara multilateral. Selain itu, skema ini juga didukung dengan masuknya filantropi hingga green investor.
"Blended ini kita bisa dari multilateral, dari filantropi, kemudian green investor seperti itu. Dan tentunya dari capital market," ujarnya.
Emma pun turut membeberkan pekerjaan rumah atau PR terbesar Pertamina adalah dengan membuat proyek yang bisa dimonetisasi dan menarik bagi investor. Investor yang berfokus pada pengembangan energi hijau juga menjadi target dalam skema keuangan ini.
"PR terbesar kita adalah bagaimana membuat project tersebut bisa di-monetize dan bisa akses terhadap financing dan terhadap investor ini challenge utama terbesarnya. Tapi bahwa finance investor yang sangat keen terhadap green investment," jelasnya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menandatangani perjanjian kerja sama dengan Japan Bank for International Cooperation, (JBIC) saat acara Business Summit B20 Bali. Kerja sama tersebut tidak hanya terbatas pada pendanaan, tapi juga dukungan teknologi.
JBIC juga telah menetapkan Kebijakan ESG yang dirilis pada Oktober 2021 yang mengikuti tujuan internasional untuk melaksanakan target Perjanjian Paris.
Selain itu, JBIC juga akan berkontribusi untuk mewujudkan netralitas karbon global dengan mendukung dan mempercepat transisi energi menuju masyarakat bebas karbon di negara berkembang.
Pertamina juga menggandeng perusahaan energi dan bahan kimia terbesar asal Arab Saudi, Saudi Aramco, dalam pengadaan proyek penyediaan hidrogen dan amonia.
Kerja sama tersebut membuka peluang untuk menilai kemungkinan kerja sama pengembangan amonia dan hidrogen bersih, termasuk potensi penangkapan, pemanfaatan, serta penyimpanan karbon (CCUS) pada lokasi yang disepakati.
(wia)